Kamis, 29 Oktober 2015

HAL-HAL YANG MENJADI FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS DARI SEKOLAH

Hal-hal Yang Menjadi Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Kalau kita melihat mengapa anak putus sekolah tentunya tidak akan terlepas dari beberapa hal yang mempengaruhi sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah, wajar saja terjadi karena anak dihadapkan oleh beberapa kendala, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar diri anak yaitu lingkungan.

Hal-hal yang mempengaruhi anak itu antara lain adalah latar belakang pendidikan orang tua, lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya minat anak untuk sekolah, kondisi lingkungan tempat tinggal anak, serta pandangan masyarakat terhadap pendidikan.

Sekarang akan penulis uraikan hal-hal yang mempengaruhi anak putus sekolah tersebut satu persatu:

1. Latar belakang pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi.

Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-hal tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan menulis saja, karena mereka beranggapan sekolahnya seseorang kepada jenjang yang lebih tinggi pada akhir tujuan adalah untuk menjadi pegawai negeri dan mereka beranggapan sekolah hanya membuang waktu, tenaga dan biaya, mereka juga beranggapan terhadap anak lebih baik ditujukan kepada hal-hal yang nyata yaitu membantu orang tua dalam berusaha itu lah manfaat yang nyata bagi mereka, lagi pula sekolah harus melalui seleksi dan ujian yang di tempuh dengan waktu yang panjang dan amat melelahkan. Walaupun ada orang tua yang pendidikannya tidak tamat Sekolah Dasar, namun anaknya bisa menjadi sarjana tetapi hal ini sangat jarang sekali.

Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah dalam usia sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya.

2. Lemahnya Ekonomi Keluarga

Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu orang tua ke sawah, karena di anggap meringankan beban orang tua anak di ajak ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama.

Dan apa lagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekerjaan orang tua, setelah merasa enaknya membelanjakan uang hasil usaha sendiri akhirnya anak tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja, anak perempuan di suruh mengasuh adiknya di waktu ibu sibuk bekerja.

Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai suksesnya bersekolah. Pendapat keluarga yang serba kekurangan juga menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak keran setiap harinya hanya memikirkan bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi, apalagi kalau harus meninggalkan keluarga untuk berusaha menempuh waktu berbulan-bulan bahkan kalau sampai tahunan, hal ini tentu pendidikan anak menjadi terabaikan.

Yang menyebabkan orang tua kurang pendapatan karena produksi hasil bumi menempati lahan yang kurang baik, karena kalau air sungai saatnya pasang maka lahan pertanian akan menjadi banjir dan menenggelamkan semua tanaman, hal ini kalau sering terjadi menyebabkan orang tua anak yang tinggal di desa menyebabkan akan sering menemui kegagalan mas panen. Sedangkan kalau musim kemarau lahan pertanian akan kekeringan sampai tanah menjadi pecah-pecah, hal ini menjadikan tanaman menjadi tidak berbuah maka para petani kembali menemui kegagalan dalam masa panen.

Di tambah dengan tidak pernah hadir dalam penyuluhan yang jarang di adakan sehingga mereka bercocok tanam hanya secara tradisional, tidak mengetahui akan manfaat pupuk serta kurang mengetahui alat-alat pertanian yang baik, hal ini juga menyebabkan sering gagalnya dalam pertanian. Kegagalan demi kegagalan akhirnya orang tua banyak yang beralih profesi dari bertani mencoba kepada pekerjaan lain yang mana para orang tua yang tinggal di desa yang serba minim memiliki keterampilan serta pengetahuan yang kurang luas tentang dunia usaha sehingga sering menemui kegagalan dalam berusaha.

Uraian diatas mempunyai kesamaan dengan pendapat seorang ahli Sosiologi H.Z.B Tafal dalam bukunya Membina Kaum Papa Pedesaan, mengemukakan sebagai berikut:

Petani kecil yang tinggal dan tidak beruntung yang biasanya terletak di pedesaan, lazimnya menghadapi masalah-masalah berikut; 1. Mereka menduduki lahan yang miskin di desanya, dan karena itu tidak dpat menerapkan cara-cara pelaksanaan yang di sarankan secara mapan, 2. hujan mungkin gagal terutamanya, atau terlambat, atau memadai semasa musim tanam, 3. lahan yang sering akan terkena banjir. 4. berada di daerah-daerah kering atau kondisi air yang tidak menentu.

Lemahnya ekonomi keluarga juga karena banyaknya jumlah anggota keluarga yang menyebabkan kepala keluarga menjadi sibuk untuk mencukupi keperluan keluarga dan juga menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya.

3. Kurangnya minat anak untuk bersekolah

Yang menyebabkan anak putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah.

Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang.

Anak seusia wajib belajar sudah mengenal bahkan sudah mampu untuk mencari uang terutama untuk keperluannya sendiri seperti jajan dan lain-lain, hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap cara dan sikap anak dalam bertindak dan berbuat. Karena sudah mencari uang sendiri dan merasakan enaknya membelanjakan uang akhirnya tanpa terasa sekolah ditinggalkan begitu saja.

Sekolah harus belajar dengan sungguh-sungguh dan anak berada di sekolah hampir setengah hari penuh tanpa sedikit pun menghasilkan uang dan bahkan harus mengeluarkan uang karena keperluan sekolah dan jajan secukupnya. Hal inilah yang menyebabkan mereka malas untuk bersekolah.

Selain itu tinggi rendahnya minat untuk meneruskan sekolahnya juga di pengaruhi oleh prestasi belajar anak itu sendiri. Anak yang berprestasi belajarnya rendah, tentu tidak naik kelas. Artinya di anak tetap tinggal di kelas, dengan harapan agar dia dapat meningkatkan prestasinya.

Anak didik yang gagal dalam belajar dan tidak naik kelas ada dua kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Pertama dia akan merasa malu terhadap teman-teman dan guru di sekolah karena ia tidak bisa seperti teman-temannya, maka ia malas untuk pergi ke sekolah. Kedua yaitu kegagalan dalam belajar akan menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan rajin agar dapat menandingi teman-temannya, dan kalau bisa lebih baik/tinggi dari teman-temannya semula.

Tetapi sangat disayangkan, kemungkinan yang kedua ini jarang terjadi pada diri anak didik. Yang sering terjadi adalah kemungkinan pertama, bila gagal dalam belajar maka anak akan malas pergi ke sekolah dan meninggalkan sekolahnya yang belum selesai.

4. Kondisi lingkungan tempat tinggal anak

Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan. Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif.

Untuk membina anak kearah yang lebih positif dan bermanfaat adalah dengan adanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga anak timbul saling pengaruh dengan proses pendidikan akan berjalan dengan lancar dan baik.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat AL-Hujurat ayat 13 menjelaskan bahwa kita sebagai makhluk-Nya hidup tidak sendiri, harus saling kenal mengenal satu dengan yang lainnya (saling berhubungan).
 

Dari ayat tersebut di atas jelaslah bahwa Allah telah menjadikan kamu dari laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu berkenal-kenalan sehingga adanya saling kontak dan berhubungan memang sangat baik, karena akan membuka wawasan pikiran kearah yang lebih maju, membantu kegiatan belajar dan lain-lainnya, itu kalau kita lihat dari segi positifnya. Tetapi sebaliknya berhubungan juga akan menimbulkan hal-hal yang negatif bila si anak akan terpengaruh kepada hal-hal yang kurang baik, dalam hal akan mengakibatkan kegagalan dalam sekolah.

Pengaruh-pengaruh yang negatif inilah yang harus kita hilangkan didalam masyarakat. Dengan begitu akan membantu sukses nya pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Jelasnya suasana lingkungan tempat tinggal atau lingkungan masyarakat, kawan sepergaulan, juga ikut serta memotivasi terlaksana kegiatan belajar bagi anak.

a. Suasana lingkungan
Suasana lingkungan sebenarnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar bagi anak. Lingkungan yang tentram, nyaman, damai akan mempunyai pengaruh yang baik kepada anak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, tidak aman, hingar bingar akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap kelangsungan proses belajar anak di sekolah.

Adanya suasana lingkungan masyarakat yang kurang baik, akan mengganggu anak dalam belajar dan secara langsung akan mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh di sekolah. Bisa juga di sebabkan suasana yang ribut tepi menyenangkan hati anak, anak akan terpengaruh dan ikut serta di dalamnya dan ia lupa bahwa dirinya seorang pelajar.

Seorang pelajar tidak pantas melakukan hal-hal yang negatif, karena kan merugikan. Tugas pelajar adalah belajar, agar suatu hari nanti menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak.

b. Kawan sepergaulan
Kita sebagai manusia dan sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, karena kita membutuhkan manusia yang lain. Kebanyakan manusia bila mencari teman yang sebanding dengannya, maksudnya kalau anak berteman dengan anak orang tua dengan orang tua pula. Karena hal ini didasari oleh adanya persamaan-persamaan antara individu yang satu dengan individu yang lain.

Bagaimanapun juga adanya pergaulan ini mempunyai pengaruh terhadap sikap, tingkah laku, dan cara bertindak dan lain sebagainya dari setiap individu. Dimana pengaruh tersebut ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif.

1) Yang bersifat positif
Bergaul dan berteman dengan orang yang berpendidikan dan berilmu pengetahuan yang lebih tinggi dari kita, akan mendatangkan manfaat kepada kita khususnya, dan akan membantu dan memotivasi kita dalam belajar menuntut ilmu. Bila kita menemui kesulitan akan mudah bertanya/minta bimbingan kepada mereka yang lebih tahu.

Selain manfaat diatas, bergaul dengan orang yang berpengetahuan juga mendatangkan ketenteraman, karena diri kita merasa dapat di terima oleh lingkungan dimana kita tinggal. Dengan demikian akan terjalin kerja sama bantu membantu antara sesamanya di dalam mensukseskan pembangunan, khususnya dalam bidang pendidikan.

2) Yang bersifat negatif
Bergaul dengan orang baik bisa mendatangkan pengaruh positif dan negatif. Pengaruh negatif tersebut antara lain:
·                     Bila seorang anak didik mempunyai kawan sepergaulan rata-rata tidak sekolah, maka sedikit banyaknya akan mempengaruhi kepada si anak, khususnya yang berhubungan dengan kelangsungan dan kelancaran pendidikan anak di sekolah, atau akan menggangu belajar anak di rumah, seperti kawan-kawannya mengajak jalan-jalan, ngobrol-ngobrol dan lain-lain hingga tidak ingat waktu belajar.
·                     Bila anak didik bergaul dengan anak yang tidak bermoral/akhlak yang tidak baik, pada suatu saat nanti akan terpengaruh dan turut melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, pada suatu saat nanti akan terpengaruh dan turut melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, disebabkan setia kawan dan lain-lain sebagainya, yang dapat menjerumuskan anak didik. Dan akhirnya akan mengganggu pelajar di sekolah, kemudian putus sekolah.
5. Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan

Pandangan masyarakat terhadap pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah.

Pandangan masyarakat yang maju tentu berbeda dengan masyarakat yang keterbelakangan dan tradisional, masyarakat yang maju tentu pendidikan mereka maju pula, demikian pula anak-anak mereka akan menjadi bertambah maju pula pendidikannya dibanding dengan orang tua mereka.

Maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa dan negara juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan.

Pada umumnya masyarakat yang terbelakang atau dengan kata lain masyarakat tradisional mereka kurang memahami arti pentingnya pendidikan, sehingga kebanyakan anak-nakan mereka tidak sekolah dan kalau sekolah kebanyakan putus di tengah jalan.

Hal tersebut bisa terjadi karena mereka beranggapan sekolah sangat sulit, merasa tidak mampu, mempengaruhi, buang waktu banyak, lebih baik bekerja sejak anak-anak ajakan membantu orang tua, tujuan sekolah sekedar bisa membaca dan menulis, juga karena anggapan mereka tujuan akhir dari sekolah adalah untuk menjadi pegawai negeri, hal ini tentu karena kurang memahami arti, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional.

Padahal fungsi pendidikan nasional bukan demikian, hal ini sebagaimana tergambar dan undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989, pasal 3.

“pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan upaya tujuan nasional.”

Demikian juga tujuan pendidikan nasional bukan seperti anggapan masyarakat tradisional, yang mana tujuan pendidikan nasional sebagaimanan juga yang termuat dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, pasal 4.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk terbentuknya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Masyarakat yang tradisional kalau mereka memahami fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada akhirnya akan menjadi masyarakat yang maju dan berkembang.

Masyarakat yang terpencil atau masyarakat yang tradisional juga beranggapan bahwa sekolah itu pada dasarnya sedikit sekali yang sesuai dengan kehendak mereka, misalnya begitu tamat sekolah langsung mendapatkan pekerjaan, sekolah hendaknya tidak memerlukan biaya yang banyak, dan tidak memerlukan waktu yang terlalu lama.

Hal tersebut ada hubungannya dengan pendapat seorang ahli Sosiologi yang bernama Surjadi, A. dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Masyarakat pedesaan, mengemukakan; “…sekolah itu pada intinya merupakan lembaga asing yang sedikit saja relevansinya langsung dengan kegiatan masyarakat”.

 Ada baiknya apabia kita saling bekerja sama antara pihak keluarga dan pihak sekolah untuk mendukung anak sehingga bersemangat untu sekolah sehingga putus sekolah tidak lagi menajdi hal yang wajar terjadi di sekitar kita.
Sumber:

http://siunyupunyacerita.blogspot.co.id/2013/03/hal-hal-yang-menjadi-faktor-penyebab.html

Sampai kapan kabut asap melanda Indonesia

Sampai kapan kabut asap melanda Indonesia?

Musim kemarau merupakan hal yang rutin terjadi di Indonesia  karena merupakan musim yang ada di Indonesia.Tidak sedikit yang terkena musibah rumahnya terbakar bahkan lahan di sejumlah wilayah yang ada di Indonesia pun ikut terbakar tidak tertinggal juga hutan ikut terbakar dan kini menjadi masalah yang serius yang menjadi masalah saat ini.Asap menyelimuti sebagian wilayah yang ada di Indonesia sehingga tidak sedikit korban yang berjatuhan karena kabut asap yang tidak kunjung selesai apakah akan terus seperti ini bagaimanakah tindakan pemerintah membuat banyak orang bertanya-tanya.Masalah kabut asap yang tebal  sebenarnya tidak hanya di tahun ini terjadi bahkan di tahun-tahun yang lalu pun sudah terjadi kenapa tidak ada persiapan untuk pencegahan  setidaknya penduduk Indonesia bias terselamatkan dari  kabut asap.Di Indonesia butuh pemimpin yang benar benar perduli terhadap masyarakat serta keadaan Indonesia.Kita punya Negara kesatuan nan indah kenapa tidak kita jaga sebaik baiknya sehingga tercipta Indonesia yang sangat pantas kita banggakan seperti Negara-negara yang lain.Menurut pendapat saya pemerintah harus bertindak secepatnya menangani semua ini karena adanya kabut asap selain membuat kesehatan penduduk juga mengakibatkan perekonomian tersendat misalkan karena adanya kabut asap.Sekian menurut pendapat saya apabila ada kata-kata yang kurang berkenan saya mohon maaf.

TUGAS PERILAKU KONSUMEN

v  Jelaskan apa yang di maksdud dengan pembeli dan pembelian?
Pembeli diambil dari istilah asing (Inggris) yaitu consumer, secara harfiah dalam kamus-kamus diartikan sebagai ”seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu”; atau ”sesuatu atau seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.
Ada juga yang mengartikan ”setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”.
Pembelian merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan barang atau jasa yang kemudian akan dipeguanakn sendiri atau di jual kembali, pembelian biasanya dilakukan minimal dua pihak atu lebih atau yang sering disebut sebagai penjual dan pembelian, Pembelian dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pembelian secara cash dan pembelian secara credit.
v  sebut dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian
Menurut phillip Kotler (2003:202) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor budaya
Budaya, sub budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh akan mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Contonhya pada anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat sangat terpengaruh dengan nilai-nilai sebagai berikut: prestasi, aktivitas, efisiensi, kemajuan, kenikmatan materi, individualisme, kebebasan, humanisme, dan berjiwa muda.
Masing-masing subbudaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis.
Pada dasaranya dalam sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat terdapat sebuah tingkatan (strata) sosial. Tingkatan sosial tersebut dapat berbentuk sebuah sistem kasta yang mencerminkan sebuah kelas sosial yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan para anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam berbusana, cara bicara, rekreasi dan lain-lainya.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial diantarannya sebagai berikut:
a. Kelompok acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai kelompok yang yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan anggota dari kelompok  primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer, kelompok sekunder yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
b. Keluarga
Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarg orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agam, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
c. Peran dan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang adalah peran dan status mereka di dalam masyarakat. Semakin tinggi peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku pembeliannya. Contoh seorang direktur di sebuah perusahaan tentunya memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang supervisor, begitu pula dalam perilaku pembeliannya. Tentunya, seorang direktur perusahaan akan melakukan pembelian terhadap merek-merek yang berharga lebih mahal dibandingkan dengan merek lainnya.
3. Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli.
a. Usia dan siklus hidup keluarga
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya yang dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga
b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya. Cotohnya, direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan di klub khusus, dan membeli mobil mewah. Selain itu, biasanya pemilihan produk juga dilakukan berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap belanja atau menabung.
c. Gaya hidup
Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang  terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial, dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka kepada gaya hidup seseorang. Contohnya, perusahaan telepon seluler berbagai merek berlomba-lomba menjadikan produknya sesuai dengan berbagai gaya hidup remaja yang modern dan dinamis seperti munculnya telepon selular dengan fitur multimedia yang ditujukan untuk kalangan muda yang kegiatan tidak dapat lepas dari berbagai hal multimedia seperti aplikasi pemutar suara, video, kamera dan sebagainya. Atau kalangan bisnis yang menginginkan telepon selular yang dapat menujang berbagai kegiatan bisnis mereka.
d. Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi (Harold H kasarjian 1981:160). Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam  menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebakan karena beberapa kalangan konsumen akan memilih merek yang cocok dengan kepribadiannya.
4. Psikologis
Terakhir, faktor yang dapat mempengaruhi  keputusan pembelian konsumen adalah faktor psikologis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat faktor utama diantaranya sebagai berikut:
a. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu-waktu tertentu. Beberapa dari kebutuhan tersebut ada yang muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan rasa ketidaknyamanan. Sedangkan beberapa kebutuhan yang lainnya dapat bersifat psikogenesis; yaitu kebutuhan yang berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Ketika seseorang mengamati sebuah merek, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan nyata yang terlihat pada merek tersebut, melainkan juga melihat petunjuk lain yang samar seperti wujud, ukuran, berat, bahan, warna dan nama merek tersebut yang memacu arah pemikiran dan emosi tertentu.
Banyak riset yang telah dilakukan peneliti dalam menghubungkan motivasi seseorang dalam kegiatan pembelian produk tertentu seperti yang dipelopori oleh Ernest Dichter (Kotler 2003:215), yang dimana risetnya telah menghasilkan hipotesis sebagai berikut:
·         Konsumen menolak buah prem karena buah prem terlihat keriput dan mengingatkan mereka pada orang berusia lanjut.
·         Pria menghisap cerutu sebagai versi dewasa dari kebiasaan menghisap ibu jari di masa anak-anak.
·         Wanita lebih menyukai lemek nabati daripada hewani karena dapat menimbulkan rasa bersalah karena telah membunuh binatang.
·         Wanita yang tidak yakin dengan adonan kue jika adonan tersebut tidak amemerlukan tambahan telur, karen adonan tersebut membantu mereka merasa bahwa sedang “melahirkan”.
Selain riset dari Ernest diatas, Jeans Callibout menidentifikasikan motivasi-motivasi yang berbeda-beda yang dapat dipuaskan oleh suatu produk. Contohnya, wiski dapat memenuhi kegiatan relaksasi sosial, status, atau kesenangan sehingga merek wiski perlu diposisikan pada salah satu daya tarik tersebut.
Frederick Herzerberg mengembangkan teori dua-faktor yang membedakan dissastifier (faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan satisfier (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan) yang dapat memotivasi kegiatan pembelian konsumen. Ia mencotohkan dalam kegiatan pembelian komputer yang dimana tidak adanya garansi dapat menjadi faktor dissaatisfier tetapi adanya garansi juga tidak menjadi pemuas atau motivator pembelian, karena garansi bukan merupakan sumber kepuasan instrinsik komputer. Melainkan kemudahan  penggunaanlah yang dapat menjadi satisfier yang dapat memotivasi kegiatan pembelian.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan tindakan. Bagaimana tindakan seseorang  yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunkan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan sebuah gambaran (Bernard Barelson, dalam Kotler 2003:217). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
Setiap persepsi konsumen terhadap sebuah produk atau merek yang sama dalam benak setiap konsumen berbeda-beda karena adanya tiga proses persepsi yaitu:
Perhatian selektif
Perhatian selektif dapat diartikan sebagai proses penyaringan atas berbagai informasi yang didapat oleh konsumen. Dalam hal ini para pemasar harus bekerja keras dalam rangka menarik perhatian konsumen dan memberikan sebuah rangsangan nama yang akan diperhatikan orang. Hal ini disebabkan karena orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhnnya saat ini, memperhatikan rangsangan yang mereka antisipasi dan lebih memerhatikan rangsangan yang memiliki deviasi besar terhadapa ukuran rangsangan normal seperti, orang cenderung akan memperhatikan iklan yang menawarkan potongan dan bonus sebesar rp.100.000 ketimbang iklan komputer yang hanya memberikan bonus atau potongan yang bernilai rp.50.000
Distorsi Selektif
Distorsi selektif merupakan proses pembentukan persepsi yang dimana pemasar tidak dapat berbuat banyak terhadap distorsi tersebut. Hal ini karena distorsi selektif merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi menjadi bermakna pribadi dan menginterpretasikan informasi yang didapat dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi konsumen.
Ingatan Selektif
Orang akan banya melupakan banyak hal yang merek pelajari namun cenderung akan senantiasa mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka. Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung akan mengingat hal-hal baik yang yang disebutkan tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik yang disbutkan tentang produk yang bersaing.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Banyak ahli pemasaran yang yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan. Teori pembelajaran mengajarkan kepada para pemasar bahwa mereka dapat membangung permintaan atas suatu produk dengan mengaitkan pada pendorongnya yang kuat, menggunakan isyarat yang memberikan motivasi, dan memberikan penguatan positif karena pada dasarnya konsumen akan melakukan generalisasi terhadap suatu merek. Cotohnya, konsumen yang pernah membeli komputer merek IBM yang mendapatkan pengalaman menyenangkan dan persepsi yang positif akan mengasumsikan bahwa merek IBM merupakan merek komputer yang terbaik, ketika konsumen akan membeli printer merek IBM mungkin konsumen juga berasumsi hal yang sama bahwa IBM menghasilkan printer yang baik.
d. Keyakinan dan Sikap
Melalui betindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian konsumen . Keyakinan dapat diartikan sebgai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Contohnya studi tentang keyakinan merek yang menemukan bahwa konsumen sama-sama menyukai Diet Coke dan Diet Pepsi ketika mencicipi keduanya dalam tanpa merek. Tetapi, ketika mencicipi Diet yang diberi tahu mereknya, konsumen memilih diet Coke 65% dan Diet Pepsi 23%. Dalam contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Selain keyakinan, sikap merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap suatu objek atau gagasan tertentu.(David Kreh, dalam Kotler 2003:219).

v  Jelaskan perbedaan keinginan konsumen dengan kebutuhan konsumen dalam membeli produk
1.                   Kebutuhan Langganan/ Konsumen. Yang dimaksud dengan langganan disini adalah pembeli atau calon pembeli yang membeli kembali produk yang pernah dibelinya, sedangkan konsumen adalah pemakai produk yang dipasarkan. Langganan/ konsumen mempunyai kebutuhan untuk kelangsungan hidup dirinya atau organisasinya. Kebutuhan langganan/ konsumen ini merupakan dasar atau landasan dimulainya pelaksanaan kegiatan pemasaran. Kebutuhan konsumen industri atau organisasi merupakan kebutuhan untuk menjamin kelangsungan hidup atau tercapai tujuan organisasi/ industri tersebut. Kebutuhan ini ditentukan oleh suatu tim atau kelompok pembeli di dalam organisasi/ industri itu. Menurut Sofjan Assauri (2007: 91), kelompok tersebut terdiri dari: a) Pemakai (users); b) Mereka yang berpengaruh (influencer); c) Pimpinan atau tenaga bagian pembelian (buyers); d) Pengambil keputusan (deciders).
2.                   Keinginan Langganan/ Konsumen. Perkembangan dari pengguna konsep dalam pemasaran dari konsep penjualan menjadi konsep pemasaran oleh perusahaan, terutama karena perubahan pandangan dari konsumen, yaitu pemenuhan kebutuhan menjadi pemuasan keinginan. Dalam merumuskan keinginan langganan yang umumnya bersifat kualitatif, pendekatan yang dapat diambil dalam perumusannya adalah dengan memaksimalkan atau mengoptimalkan kebutuhan. Keinginan langganan/ konsumen industri atau organisasi berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Sofjan Assauri (2007: 94), terdapat 4 (empat) proses yang menyebabkan terjadinya perbedaan keinginan langganan/ konsumen industri atau rumah tangga, yaitu sebagai berikut: a) Latar belakang individu yang turut serta dalam tim atau kelompok pembeli, serta orientasi masing-masing dalam proses pembelian; b) Informasi yang dipunyai seseorang akan menimbulkan perbedaan atas keinginan yang akan dipenuhinya; c) Perbedaan persepsi, menimbulkan perbedaan dalam menginterpretasikan atau menilai informasi yang dipunyainya; d) Pengalaman atas produk yang sama pada masa lalu dapat memberikan kepuasannya atau tidak.




Contoh studi kasus :
DASAR-DASAR PEMASARAN
Pemasaran telah menjadi faktor kunci suksesnya bisnis. Dan hal ini harus dipahami bukan dalam pengertian lama mengenai penjualan – menjual – tetapi harus dalam pengertian yang baru, yakni pemenuhan kebutuhan pelanggan – pemasaran. Perusahaan-perusahaan masa kini makin banyak menghadapi persaingan ketat dan canggih, dan yang akan keluar sebagai pemenang adalah mereka yang paling pandai membaca keinginan pelanggan dan memberikan nilai tertinggi kepada pelanggan sasaran mereka. Di pasar akan terlihat perbedaan antara pemasar amatir dan pemasar profesional – dari keterampilan mereka di bidang pemasaran.
PENGERTIAN PEMASARAN.
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Definisi pemasaran ini didasarkan pada konsep-konsep inti berikut: Kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk; utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar; pemasaran dan pemasar.
  KEBUTUHAN, KEINGINAN DAN PERMINTAAN
Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu . Orang membutuhkan pangan, sandang, rumah, rasa aman, rasa memiliki, harga diri dan lain-lain untuk tetap hidup. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau oleh para pemasar; kebutuhan ini sudah ada dan terlekat dalam tubuh dan kondisi manusia.
Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam tadi . Orang Indonesia membutuhkan makanan dan menginginkan nasi, orang Amerika membutuhkan makanan dan menginginkan hamburger. Pada masyarakat lain, kebutuhan-kebutuhan dipuaskan dengan cara yang berbeda: di Indonesia bagian Timur (Maluku) misalnya, rasa lapar dipuaskan dengan makan sagu, orang Bali memuaskan kebutuhan mereka akan busana dengan pakaian khas di sana, kebutuhan akan penghargaan dipuaskan dengan mengenakan kalung mutiara
Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan berubah menjadi permintaan bilamana didukung dengan daya beli.
Perusahaan karenanya harus mengukur bukan saja berapa banyak orang yang menginginkan produk mereka tetapi, lebih penting lagi, berapa banyak yang secara nyata bersedia dan mampu membelinya. Pemasar tidak menciptakan kebutuhan; kebutuhan sudah ada sebelum pemasar. Para pemasar, bersama dengan pembawa pengaruh (influencer) lainnya dalam masyarakat, mempengaruhi keinginan.
UTILITAS, NILAI DAN KEPUASAN
Konsumen memandang produk sebagai seuntaian manfaat dan memilih produk yang memberikan untaian yang paling baik bagi uang mereka. Jadi, sebuah mobil Toyota melambangkan pengangkutan pokok, harga beli yang murah, hemat BBM. Sebuah mobil Mercedes membawa kenyamanan, kemewahan, dan status. Orang memilih produk yang atribut-atribut gabungannya memberikan kepuasan yang sebesar-besarnya sesuai dengan keinginan dan sumberdaya mereka.
Konsep pedomannya adalah utilitas (nilai kegunaan). Seseorang akan memperkirakan utilitas dari masing-masing produk dalam memenuhi kebutuhannya. Ia dapat menyusun peringkat produk-produk mulai dari yang paling memenuhi kebutuhan sampai yang paling kurang memenuhi kebutuhan. Utilitas adalah taksiran konsumen mengenai kapasitas keseluruhan suatu produk untuk memuaskan kebutuhannya .
Karena setiap produk mempunyai harga tertentu, maka seseorang akan mempertimbangkan utilitas dan harga produk sebelum menentukan pilihan. Ia akan memilih produk yang menghasilkan utilitas paling besar per rupiah yang dikeluarkannya jika ia orang yang rasional, yang berusaha memaksimalkan utilitas. Ia akan berusaha memaksimalkan nilai, yaitu utilitas per rupiah (atau per dolar).
PASAR
Konsep pertukaran membawa kita kepada konsep pasar.
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut.
Jadi ukuran pasar tergantung pada jumlah orang yang mempunyai kebutuhan, mempunyai sumber daya (produk) yang menarik bagi pihak lain dan bersedia menawarkan sumber daya ini dalam pertukaran untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
PEMASAR DAN PEMASARAN
Konsep pasar membawa kita kepada kebulatan yang lengkap tentang konsep pemasaran. Pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang dilakukan dalam hubungannya dengan pasar. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar guna mewujudkan pertukaran potensial untuk kepentingan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Jika satu pihak lebih aktif dalam mengusahakan terjadinya pertukaran dibandingkan pihak lainnya, kita menamakan pihak pertama sebagai pemasar dan pihak kedua sebagai prospek (calon pembeli). Pemasar adalah seseorang yang mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya .
MANAJEMEN PEMASARAN
Untuk menanggapi proses pertukaran diperlukan sejumlah besar usaha dan keterampilan.Organisasi mempunyai tingkat permintaan yang diinginkan untuk produknya. Pada suatu saat tertentu, mungkin tidak ada permintaan, permintaan yang cukup, permintaan yang tidak teratur, atau terlalu banyak permintaan, dan manajemen pemasaran harus mencari jalan untuk mengatasi keadaan permintaan yang berbeda-beda ini.
Disini kita akan menggunakan definisi (manajemen) pemasaran yang disahkan pada tahun 1985 oleh Asosiasi Pemasaran Amerika (American Marketing Association):
(Manajemen) pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi .

ORIENTASI PERUSAHAAN TERHADAP PASAR
Ada lima konsep yang dapat merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi:
•  Konsep Produksi
Konsep Produk
•  Konsep Penjualan
•  Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran bersandar pada empat tiang utama, yaitu:
•  Fokus Pasar:
•  Orientasi kepada pelanggan
•  Pemasaran Terpadu:
Kebanyakan perusahaan tidak benar-benar menjalankan atau menganut konsep pemasaran sampai mereka dipaksa oleh keadaan, seperti berikut ini:
•  Penurunan Penjualan
•  Pertumbuhan yang lambat
•  Perubahan pola pembelian
•  Peningkatan persaingan
•  Meningkatnya belanja pemasaran
4.Apakah konsumen membeli sesuai dengan kebutuhan atau keinginan?
Sebagian besar konsumen membeli  produk karena kebutuhan akan tetapi jika dirasa butuh namun ada pengganti produk yang lain yang sekiranya harga lebih ekonomis maka konsumen akan mengganti produk tersebut dengan produk yang lain.Selain karena kebutuhan sebagian konsumen juga membeli karena keinginan dari dirinya karena produk kebutuhannya telah terpenuhi sehingga mereka ingin memperoleh kepuasan yang tersendiri dengan membeli produk keinginan mereka karena di sisi lain mempunyai pengahsilan yang lebih.

Sumber :
http://www.lepank.com/2012/07/pengertian-pembeli.html
https://ilmumanajemenpemasaran.wordpress.com/2009/10/31/fktr-pngarh-kep-pmblian/                       
https://hildafitriningsih.wordpress.com/2011/07/03/konsep-dasar-pemasaran-dan-perilaku-ko

Minggu, 11 Oktober 2015

PERILAKU KONSUMEN

TUGAS PERILAKU KONSUMEN
Nama   : Sutiyah
Kelas   : 3ea12
Npm    :18213717
1.      Apa yang di maksud perilaku konsumen?
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
2.      Segmentasi pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar dari heterogen menjadi homogen.Jadi, perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan membagin pasarnya ke dalam segmen-segmen pasar tertentu dimana masing-masing segmen bersifat homogen. Homogenitas masing-masing segmen tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam kebiasaan membeli, cara penggunaan barang, kebutuhan pemakai, motif pembelian, tujuan pembelian, dan sebagainya.
3.      Segmentasi  dan kepuasan konsumen
Menurut Philip Kotler dalam bukunya Principle of Marketing, kepuasan konsumen adalah      hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Kepercayaan konsumen merupakan hal yang ingin di dapat setiap perusahaan dari para konsumennya.

Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :
*      Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang.
*      Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat  tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah
4.      Penggunaan segmentasi pasar dalam strategi pemasaran
Faktor penting lain yang harus diperhitungkan ketika mengembangkan strategi pemasaran untuk konsumen adalah “segmentasi pasar”.  Segmentasi pasar berarti membagi pelanggan potensial perusahaan ke dalam berbagai segmen atau kelompok (misalnya, berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, lokasi, dll) dan kemudian memfokuskan strategi pemasaran pada satu atau lebih kelompok-kelompok. Bila menggunakan segmentasi pasar, penting untuk menentukan apa faktor-faktor yang akan dipertimbangkan. Faktor-faktor yang disebut variabel segmentasi. Variabel segmentasi perlu berhubungan dengan kebutuhan, penggunaan, atau perilaku terhadap produk atau jasa. Sebagai contoh, produsen gitar akustik akan paling mungkin segmen pasar berdasarkan usia, yaitu, strategi pemasaran mereka akan dirancang untuk menarik dan mempengaruhi remaja.

Sumber daya dan kemampuan perusahaan untuk menentukan jumlah dan ukuran segmen pasar yang mereka dapat berharap untuk menarik dengan strategi pemasaran mereka. Jenis produk dan layanan, serta variasi dalam kebutuhan pelanggan mereka, akan memainkan peran dalam ukuran dan jumlah segmen pasar yang ditargetkan. Memilih variabel segmentasi yang tepat adalah bagian penting dalam penargetan pasar konsumen tertentu. Memilih variabel segmentasi yang tepat adalah bagian penting dalam penargetan pasar konsumen tertentu. Segmentasi pasar merupakan tindakan untuk mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah yang mungkin membutuhkan produk dan bauran pemasaran yang tersendiri. Pada penelitian ini basis segmentasi yang digunakan adalah gaya hidup yang dapat mempengaruhi bauran pemasaran dan preferensi terhadap bauran pemasaran dari E-Commerce. Ini berarti basis segmentasi ini dilihat dari perilaku mereka terhadap bauran pemasaran.

Dengan kesamaan karakteristik perilaku yang berpengaruh terhadap bauran pemasaran ini diharapkan setiap segmen yang terbentuk dapat didekati dengan penawaran yang tepat sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan dari masing-masing segmen
Dari kedelapan elemen bauran pemasaran yang digunakan terdapat 6 elemen yang signifikan dalam membedakan antar segmen, yaitu produk, promosi, bukti fisik, komunitas, proses dan harga. Dua yang lain yaitu tempat dan perubahan ternyata untuk tingkat kepercayaan 95% tidak dapat digunakan untuk membedakan segmen. Ini berarti setiap segmen mempunyai preferensi bauran pemasaran yang sama terhadap kedua elemen tersebut.

5.      Analisis konsumen dan kebijakan sosial .
v  Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana konsumen mengambil
                 keputusan dan peran pemasaran di dalamnya.
v  Analisis kebijakan (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau
                   pengembangan kebijakan (policy development). Analisis kebijakan tidak
                   mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan datang.
                   Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang sudah
                   ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses
                   pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.
6.      Proses keputusan membeli

7.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah
v  Masalah Sederhana (Simple Problem) Corak / Jenis Masalah
- Ciri : Berskala besar , tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain ), mengandung         konsekuesi besar , pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.
- Scope : Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya.
- Jenis : Masalah yang terstruktur (Structured problems) dan masalah yang tidak terstruktur (Unstructured problems).

v  Masalah rumit (Complex Problems) Corak / Jenis Masalah
- Definisi : Masalah yang jelas faktor penyebabnya , bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sebagai pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif & dibakukan.
- Contoh : Penggajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai , masalah perijinan , dsb
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan metode / prosedur/ program tetap (SOP) .

v  Masalah yang tersrtuktur
- Definisi : Penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya . serta tidak repetitif kasusnya.
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih sulit dan lama, diperlukan teknik PK yang bersifat non-programmed decision-making.

v  Masalah yang tidak Terstuktur

Pendefinisian Masalah yang baik
- Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi . Data objektif dipisahkan dari persepsi .
- Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
- Masalah harus dinyatakan secara eksplisit / tegas , untuk menghindarkan dari pembuatan definisi yang tidak jelas.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak sesuaian antara standar atau harapan yang telah di tetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas , pihak pihak yang terkait ataub berkepentingan dengan terjadinya masalah .
- Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh masalah yang kita hadapi adalah melatif staf yang bekerja lamban.

8.     Membedakan antara keputusan membeli yang direncanakan sepenuhnya, tidak direncanakan dan pembelian yang direncanakan sebagian
           •         Pembelian yang direncanakan: biasanya terjadi berdasarkan kebutuhan,
                   artinya si konsumen memang membutuhkan barang-barang tertentu.
           •         Pembelian yang tidak direncanakan : terjadi karena konsumen melihat   atau  merasakan manfaat lain dari manfaat utama produk yang mereka beli.