Kamis, 15 Januari 2015

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA MANADO TAHUN 2004-2012(TUGAS SERCHING SOFTSKILL)

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
30
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA LANGSUNG
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA MANADO TAHUN 2004-2012
Meilen Greri Paseki, Amran Naukoko, Patrick Wauran
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan,
Universitas Sam Ratulangi, Manado
Email: Spartakus333555@gmail.com
ABSTRAK
Otonomi daerah dapat  diartikan  sebagai  kewenangan  yang  diberikan  kepada  daerah  otonom  untuk
mengatur  dan  mengurus  sendiri  urusan  pemerintahan  dan  kepentingan  masyarakat  setempat  menurut  aspirasi
masyarakat  untuk meningkatkan  daya  guna  dan  hasil  guna  penyelenggaraan pemerintahan  dalam  rangka
pelayanan  terhadap  masyarakat  dan  pelaksanaan  pembangunan  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan.
Otonomi  daerah  juga  memberikan  keleuasaan  kepada  pemerintah  daerah  dalam  mengatur  keuanganya  sendiri
dengan  tujuan  untuk  pembangunan  daerah, serta  kesejahteraan  masyarakat  menjadi  yang  utama.  Sehingga
pertumbuhan  ekonomi  meningkat  dan  Kemiskinan  pun  menurun.  Untuk  menganalisis  pengaruh  yang
ditimbulkan  oleh  variabel  Pertumbuhan  Ekonomi  dan  dampaknya  terhadap  kemiskinan  dengan  menggunakan
variabel Dana Alokasi Umum dan Belanja Langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar  pengaruh  variabel  independen  Dana  Alokasi  Umum  dan  Belanja  Langsung  terhadap  Pertumbuhan
Ekonomi  serta  dampaknya  terhadap  tingkat  Kemiskinan  di  Kota  Manado.  Dengan  metode  analisis  jalur  (path
analysis)  Hasil  penelitian  ini  adalah  secara  gabungan  Dana  Alokasi  Umum  dan  Belanja  Langsung  tidak
berpengaruh  terhadap  Pertumbuhan  ekonomi  di  Kota  Manado,  serta  penggaruh,  dan  pengujian  secara  sendirisendiri  pengaruh Dana Alokasi Umum  dan  belanja  Langsung terhadap Kemiskinan  memiliki pengaruh  secara
signifikan dalam penurunan tingkat kemiskinan di Kota Manado, begitu pula dalam pengujian secara gabungan,
dimana  secara  bersama-sama  variabel  Dana  Alokasi umum,  Belanja  Langsung  dan  Pertumbuhan  Ekonomi
memiliki pengaruh terhadap Kemiskinan di Kota Manado.
Kata kunci : Dana Alokasi Umum, Belanja Langsung, PDRB, dan Kemiskinan
ABSTRACT
Regional autonomy can be interpreted as the authority given to state regions to set up and manage their
own  affairs  and  public  interests  at  the  public's  aspirations  to  improve  the  effectiveness  and  efficiency  of
governance in the context of service to the community in accordance with the development and implementation
of legislation. Regional autonomy also provide authority to local governments in regulating his own financial
with  aim  of  regional  development  and  public  welfare  be  paramount.  Thus  increasing  economic  growth  and
poverty also decreased. To analyze the effect caused by variable loss of credit impact on economic growth and
poverty by setting general allocation funds and direct expenditure. The purpose of this study is to determine how
much  influence  the  independent  variable  and  the  General  Allocation  Fund  Direct  Expenditure  on  Economic
Growth and its impact on the level of poverty in the city of Manado. The results of this study are jointly General
Allocation Fund and Direct Shopping does not affect the economic growth in the city of Manado, and influence,
and  independently  testing  the  effect  of  general  allocation  funds  and  direct  expenditure  on  Poverty  has  a
significant  effect  in  reducing  the  level  of  poverty  in  the  city  of  Manado  ,  as  well  as  in  overall  testing,  which
together variable general allocation fund, Direct spending and Economic Growth has influence on Poverty in
the city of Manado.
Keywords : General Allocation Fund, Jump Shopping, GDP, and Poverty
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
31
1. PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang No 22Tahun 1999 tentang Daerah yang kemudian direvisi dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengurus rumah tangganya
dengan  mengurangi  peran  pemerintah  pusat.  Pemerintah  daerah  mempunyai  hak  dan  kewenangan
yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
dan  aspirasi  masyarakat  yang  berkembang  di  daerahnya.  Dalam  UU  tersebut  menyebutkan  dengan
tegas bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya kedalam belanjabelanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah (Nugroho, 2009).
Menurut Sipahutar (2013) otonomi daerah mengatur kebijakan pengelolaan Keuangan Negara
yang semula  sentralistik menjadi desentralisasi. Desentralisasi Fiskal di Indonesia dilakukan dengan
pemberian diskresi belanja daerah yang luas dengan didukung oleh pendanaan transfer dari pusat ke
Daerah. Amanat itu tertuang dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah. Desentralisasi fiskal diarahkan untuk mewujudkan alokasi
sumber daya Nasional yang efisien melalui hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan
akuntabel  melalui  instrumen  yang  terdiri  atas  Dana  Alokasi  Umum  (DAU)  untuk  mengurangi
horizontal imbalance, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
DAU yang merupakan general purpose grant atau block grants adalah dana yang bersumber
dari  pendapatan  APBN  yang  dialokasikan  dengan  tujuan  pemerataan  kemampuan  keuangan  antar
daerah  untuk  mendanai  kebutuhan  daerah  dalam  rangka  pelaksanaan  desentralisasi. Dana Alokasi
dasar  dihitung berdasarkan  jumlah  gaji  Pegawai  Negeri  Sipil  Daerah.  Kebutuhan  fiskal  daerah
merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan
pendanaan daerah diukur secara berturut-turut dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan
konstruksi, produk domestik regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia.
Alokasi  DAU  bagi  daerah  yang  potensi  fiskalnya  besar,  tetapi  kebutuhan  fiskal  kecil  akan
memperoleh  alokasi  DAU  relatif  kecil.  Sebaliknya,  daerah  yang  potensi  fiskalnya  kecil,  namun
kebutuhan fiskal besar, akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut
menegaskan  fungsi  DAU  sebagai  faktor  pemerataan  kapasitas  fiskal  (Diko,  2011). Dibawah  ini
merupakan gambaran pertumbuhan Dana Alokasi Umum yang ada di Kota Mando.
Gambar 1. Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Kota Manado
Jika  dilihat  pada  gambar  1 menunjukan  bahwa  jumlah  dana  yang  diberikan  oleh  Pemerintah
pusat ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) kepada pemerintah Kota Kanado untuk
digunakan  dalam  kegiatan  pendanaan   pembangunan  dari  tahun  ke  tahun  tidak  tetap  seperti  terlihat
dari tahun 2001 sampai pada tahun 2012. Memberikan tren positif.
0.00%
100.00%
Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Kota Manado
Pertumbuhan DAU
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
31
1. PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang No 22Tahun 1999 tentang Daerah yang kemudian direvisi dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengurus rumah tangganya
dengan  mengurangi  peran  pemerintah  pusat.  Pemerintah  daerah  mempunyai  hak  dan  kewenangan
yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
dan  aspirasi  masyarakat  yang  berkembang  di  daerahnya.  Dalam  UU  tersebut  menyebutkan  dengan
tegas bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya kedalam belanjabelanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah (Nugroho, 2009).
Menurut Sipahutar (2013) otonomi daerah mengatur kebijakan pengelolaan Keuangan Negara
yang semula  sentralistik menjadi desentralisasi. Desentralisasi Fiskal di Indonesia dilakukan dengan
pemberian diskresi belanja daerah yang luas dengan didukung oleh pendanaan transfer dari pusat ke
Daerah. Amanat itu tertuang dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah. Desentralisasi fiskal diarahkan untuk mewujudkan alokasi
sumber daya Nasional yang efisien melalui hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan
akuntabel  melalui  instrumen  yang  terdiri  atas  Dana  Alokasi  Umum  (DAU)  untuk  mengurangi
horizontal imbalance, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
DAU yang merupakan general purpose grant atau block grants adalah dana yang bersumber
dari  pendapatan  APBN  yang  dialokasikan  dengan  tujuan  pemerataan  kemampuan  keuangan  antar
daerah  untuk  mendanai  kebutuhan  daerah  dalam  rangka  pelaksanaan  desentralisasi. Dana Alokasi
dasar  dihitung berdasarkan  jumlah  gaji  Pegawai  Negeri  Sipil  Daerah.  Kebutuhan  fiskal  daerah
merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan
pendanaan daerah diukur secara berturut-turut dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan
konstruksi, produk domestik regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia.
Alokasi  DAU  bagi  daerah  yang  potensi  fiskalnya  besar,  tetapi  kebutuhan  fiskal  kecil  akan
memperoleh  alokasi  DAU  relatif  kecil.  Sebaliknya,  daerah  yang  potensi  fiskalnya  kecil,  namun
kebutuhan fiskal besar, akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut
menegaskan  fungsi  DAU  sebagai  faktor  pemerataan  kapasitas  fiskal  (Diko,  2011). Dibawah  ini
merupakan gambaran pertumbuhan Dana Alokasi Umum yang ada di Kota Mando.
Gambar 1. Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Kota Manado
Jika  dilihat  pada  gambar  1 menunjukan  bahwa  jumlah  dana  yang  diberikan  oleh  Pemerintah
pusat ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) kepada pemerintah Kota Kanado untuk
digunakan  dalam  kegiatan  pendanaan   pembangunan  dari  tahun  ke  tahun  tidak  tetap  seperti  terlihat
dari tahun 2001 sampai pada tahun 2012. Memberikan tren positif.
Pertumbuhan DAU
Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Kota Manado
Pertumbuhan DAU
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
31
1. PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang No 22Tahun 1999 tentang Daerah yang kemudian direvisi dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengurus rumah tangganya
dengan  mengurangi  peran  pemerintah  pusat.  Pemerintah  daerah  mempunyai  hak  dan  kewenangan
yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
dan  aspirasi  masyarakat  yang  berkembang  di  daerahnya.  Dalam  UU  tersebut  menyebutkan  dengan
tegas bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya kedalam belanjabelanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah (Nugroho, 2009).
Menurut Sipahutar (2013) otonomi daerah mengatur kebijakan pengelolaan Keuangan Negara
yang semula  sentralistik menjadi desentralisasi. Desentralisasi Fiskal di Indonesia dilakukan dengan
pemberian diskresi belanja daerah yang luas dengan didukung oleh pendanaan transfer dari pusat ke
Daerah. Amanat itu tertuang dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah. Desentralisasi fiskal diarahkan untuk mewujudkan alokasi
sumber daya Nasional yang efisien melalui hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan
akuntabel  melalui  instrumen  yang  terdiri  atas  Dana  Alokasi  Umum  (DAU)  untuk  mengurangi
horizontal imbalance, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
DAU yang merupakan general purpose grant atau block grants adalah dana yang bersumber
dari  pendapatan  APBN  yang  dialokasikan  dengan  tujuan  pemerataan  kemampuan  keuangan  antar
daerah  untuk  mendanai  kebutuhan  daerah  dalam  rangka  pelaksanaan  desentralisasi. Dana Alokasi
dasar  dihitung berdasarkan  jumlah  gaji  Pegawai  Negeri  Sipil  Daerah.  Kebutuhan  fiskal  daerah
merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Kebutuhan
pendanaan daerah diukur secara berturut-turut dari jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan
konstruksi, produk domestik regional bruto per kapita, dan indeks pembangunan manusia.
Alokasi  DAU  bagi  daerah  yang  potensi  fiskalnya  besar,  tetapi  kebutuhan  fiskal  kecil  akan
memperoleh  alokasi  DAU  relatif  kecil.  Sebaliknya,  daerah  yang  potensi  fiskalnya  kecil,  namun
kebutuhan fiskal besar, akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip tersebut
menegaskan  fungsi  DAU  sebagai  faktor  pemerataan  kapasitas  fiskal  (Diko,  2011). Dibawah  ini
merupakan gambaran pertumbuhan Dana Alokasi Umum yang ada di Kota Mando.
Gambar 1. Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Kota Manado
Jika  dilihat  pada  gambar  1 menunjukan  bahwa  jumlah  dana  yang  diberikan  oleh  Pemerintah
pusat ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) kepada pemerintah Kota Kanado untuk
digunakan  dalam  kegiatan  pendanaan   pembangunan  dari  tahun  ke  tahun  tidak  tetap  seperti  terlihat
dari tahun 2001 sampai pada tahun 2012. Memberikan tren positif.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
32
Pengalokasian  Dana  Alokasi  Umum  pemerintah  pusat  ke  pemerintah  daerah  kabupaten/kota
diperuntukan  untuk  pemerataan  kemampuan  keuangan  dalam  mendanai  setiap  kebutuhan  daerah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pengelolaan DAU juga perlu memperhatikan
mengenai sejauh mana aspirasi masyarakat dapat terserap dengan mekanisme pengelolaan yang tepat
dan  trasnparan  Kebijakan  umum  pengelolaan  keuangan  daerah,  dikelola  berdasarkan  pendekatan
kinerja yaitu pengelolaan angaran yang mengutamakan pencapaian out come dari alokasi biaya atau
input yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi semua komponen keuangan (Leode,2009).
Dalam pendanaan pembangunan daerah yang terstruktur terdapat Belanja yang dilakukan daerah
untuk  dipergunakan  dalam   rangka  mendanai  pelaksanaan  urusan  pemerintah  yang  menjadi
kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang  penanganannya  dalam  bidang  tertentu  yang  dapat   dilaksanakan  bersama  antara  Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan  dalam  bentuk  peningkatan  pelayanan  dasar,  Pendidikan,  Kesehatan,  fasilitas  sosial  dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan
penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari
Belanja tidak Langsung dan Belanja Langsung ( Try, 2011).
Vegirawaty, (2012) Menurut Permendagri No 13 tahun 2006, Belanja Langsung adalah belanja
yang  dianggarkan  terkait  secara  langsung  dengan  pelaksanaan  program  dan  kegiatan.  Program
merupakan  penjabaran  kebijakan  SKPD  dalam  bentuk  upaya  yang  berisi  satu  atau  lebih  kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misi SKPD. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada  SKPD  sebagai  bagian  dari  pencapaian  sasaran  terukur  pada  suatu  program  dan  terdiri  dari
sekumpulan  tindakan  pengerahan  sumber  daya  balk  yang  berupa  personil  (sumber  daya  manusia),
barang  modal  termasuk  peralatan  dan  teknologi,  dana,  atau  kombinasi  dari  beberapa  atau  kesemua
jenis  sumber  daya  tersebut  sebagai  masukan(input) untuk  menghasilkan  keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
Belanja  langsung  terdiri  dari  belanja  pegawai,  belanja  barang  dan  jasa;  dan  belanja  modal.
Belanja  pegawai  untuk  pengeluaran  honorarium/upah  dalam  melaksanakan  program  dan  kegiatan
pemerintahan  daerah.  Belanja  barang  dan  jasa  merupakan  pengeluaran  untuk  pembelian/pengadaan
barang  yang  nilai  manfaatnya  kurang  dari  12  (dua  belas)  bulan  dan/atau  pemakaian  jasa dalam
melaksanakan  program  dan  kegiatan  pemerintahan  daerah.  Pembelian/pengadaan  barang  dan/atau
pemakaian  jasa  mencakup  belanja  barang  pakai  habis,  bahan/material,  jasa  kantor,  premi  asuransi,
perawatan  kendaraan  bermotor,  cetak/penggandaan,  sewa  rumah/gedung/gudang/parkir,  sewa  sarana
mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,perjalanan
dinas  pindah  tugas  dan pemulangan  pegawai.Dapat  dilihat  pada  gambar  dibawah  ini  pertumbuhan
belanja Langsung Kota Manado
Gambar 2. Pertumbuhan Belanja Langsung Kota Manado
0.00%
50.00%
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Pertumbuhan Belanja Langsung Kota Manado
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
32
Pengalokasian  Dana  Alokasi  Umum  pemerintah  pusat  ke  pemerintah  daerah  kabupaten/kota
diperuntukan  untuk  pemerataan  kemampuan  keuangan  dalam  mendanai  setiap  kebutuhan  daerah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pengelolaan DAU juga perlu memperhatikan
mengenai sejauh mana aspirasi masyarakat dapat terserap dengan mekanisme pengelolaan yang tepat
dan  trasnparan  Kebijakan  umum  pengelolaan  keuangan  daerah,  dikelola  berdasarkan  pendekatan
kinerja yaitu pengelolaan angaran yang mengutamakan pencapaian out come dari alokasi biaya atau
input yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi semua komponen keuangan (Leode,2009).
Dalam pendanaan pembangunan daerah yang terstruktur terdapat Belanja yang dilakukan daerah
untuk  dipergunakan  dalam   rangka  mendanai  pelaksanaan  urusan  pemerintah  yang  menjadi
kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang  penanganannya  dalam  bidang  tertentu  yang  dapat   dilaksanakan  bersama  antara  Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan  dalam  bentuk  peningkatan  pelayanan  dasar,  Pendidikan,  Kesehatan,  fasilitas  sosial  dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan
penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari
Belanja tidak Langsung dan Belanja Langsung ( Try, 2011).
Vegirawaty, (2012) Menurut Permendagri No 13 tahun 2006, Belanja Langsung adalah belanja
yang  dianggarkan  terkait  secara  langsung  dengan  pelaksanaan  program  dan  kegiatan.  Program
merupakan  penjabaran  kebijakan  SKPD  dalam  bentuk  upaya  yang  berisi  satu  atau  lebih  kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misi SKPD. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada  SKPD  sebagai  bagian  dari  pencapaian  sasaran  terukur  pada  suatu  program  dan  terdiri  dari
sekumpulan  tindakan  pengerahan  sumber  daya  balk  yang  berupa  personil  (sumber  daya  manusia),
barang  modal  termasuk  peralatan  dan  teknologi,  dana,  atau  kombinasi  dari  beberapa  atau  kesemua
jenis  sumber  daya  tersebut  sebagai  masukan(input) untuk  menghasilkan  keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
Belanja  langsung  terdiri  dari  belanja  pegawai,  belanja  barang  dan  jasa;  dan  belanja  modal.
Belanja  pegawai  untuk  pengeluaran  honorarium/upah  dalam  melaksanakan  program  dan  kegiatan
pemerintahan  daerah.  Belanja  barang  dan  jasa  merupakan  pengeluaran  untuk  pembelian/pengadaan
barang  yang  nilai  manfaatnya  kurang  dari  12  (dua  belas)  bulan  dan/atau  pemakaian  jasa dalam
melaksanakan  program  dan  kegiatan  pemerintahan  daerah.  Pembelian/pengadaan  barang  dan/atau
pemakaian  jasa  mencakup  belanja  barang  pakai  habis,  bahan/material,  jasa  kantor,  premi  asuransi,
perawatan  kendaraan  bermotor,  cetak/penggandaan,  sewa  rumah/gedung/gudang/parkir,  sewa  sarana
mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,perjalanan
dinas  pindah  tugas  dan pemulangan  pegawai.Dapat  dilihat  pada  gambar  dibawah  ini  pertumbuhan
belanja Langsung Kota Manado
Gambar 2. Pertumbuhan Belanja Langsung Kota Manado
Pertumbuhan BL 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Pertumbuhan Belanja Langsung Kota Manado
Pertumbuhan BL
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
32
Pengalokasian  Dana  Alokasi  Umum  pemerintah  pusat  ke  pemerintah  daerah  kabupaten/kota
diperuntukan  untuk  pemerataan  kemampuan  keuangan  dalam  mendanai  setiap  kebutuhan  daerah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pengelolaan DAU juga perlu memperhatikan
mengenai sejauh mana aspirasi masyarakat dapat terserap dengan mekanisme pengelolaan yang tepat
dan  trasnparan  Kebijakan  umum  pengelolaan  keuangan  daerah,  dikelola  berdasarkan  pendekatan
kinerja yaitu pengelolaan angaran yang mengutamakan pencapaian out come dari alokasi biaya atau
input yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi semua komponen keuangan (Leode,2009).
Dalam pendanaan pembangunan daerah yang terstruktur terdapat Belanja yang dilakukan daerah
untuk  dipergunakan  dalam   rangka  mendanai  pelaksanaan  urusan  pemerintah  yang  menjadi
kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang  penanganannya  dalam  bidang  tertentu  yang  dapat   dilaksanakan  bersama  antara  Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan  dalam  bentuk  peningkatan  pelayanan  dasar,  Pendidikan,  Kesehatan,  fasilitas  sosial  dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan
penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari
Belanja tidak Langsung dan Belanja Langsung ( Try, 2011).
Vegirawaty, (2012) Menurut Permendagri No 13 tahun 2006, Belanja Langsung adalah belanja
yang  dianggarkan  terkait  secara  langsung  dengan  pelaksanaan  program  dan  kegiatan.  Program
merupakan  penjabaran  kebijakan  SKPD  dalam  bentuk  upaya  yang  berisi  satu  atau  lebih  kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan
misi SKPD. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada  SKPD  sebagai  bagian  dari  pencapaian  sasaran  terukur  pada  suatu  program  dan  terdiri  dari
sekumpulan  tindakan  pengerahan  sumber  daya  balk  yang  berupa  personil  (sumber  daya  manusia),
barang  modal  termasuk  peralatan  dan  teknologi,  dana,  atau  kombinasi  dari  beberapa  atau  kesemua
jenis  sumber  daya  tersebut  sebagai  masukan(input) untuk  menghasilkan  keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
Belanja  langsung  terdiri  dari  belanja  pegawai,  belanja  barang  dan  jasa;  dan  belanja  modal.
Belanja  pegawai  untuk  pengeluaran  honorarium/upah  dalam  melaksanakan  program  dan  kegiatan
pemerintahan  daerah.  Belanja  barang  dan  jasa  merupakan  pengeluaran  untuk  pembelian/pengadaan
barang  yang  nilai  manfaatnya  kurang  dari  12  (dua  belas)  bulan  dan/atau  pemakaian  jasa dalam
melaksanakan  program  dan  kegiatan  pemerintahan  daerah.  Pembelian/pengadaan  barang  dan/atau
pemakaian  jasa  mencakup  belanja  barang  pakai  habis,  bahan/material,  jasa  kantor,  premi  asuransi,
perawatan  kendaraan  bermotor,  cetak/penggandaan,  sewa  rumah/gedung/gudang/parkir,  sewa  sarana
mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,perjalanan
dinas  pindah  tugas  dan pemulangan  pegawai.Dapat  dilihat  pada  gambar  dibawah  ini  pertumbuhan
belanja Langsung Kota Manado
Gambar 2. Pertumbuhan Belanja Langsung Kota Manado
Pertumbuhan BL
Pertumbuhan BL
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
33
Pada  gambar 2  dapat  dilihat  bahwa  pertumbuhan  belanja  Kota  Manado  memberikan  tren
positif. Belanja merupakan  kebutuhan  yang  tidak  dapat  dihidari  dalam  pembangunan  suatu  daerah
Kabupaten/Kota.  Dengan  adanya  pengelolaan  dana  yang  baik  dari  Pemerintah  daerah  serta
pengalokasian belanja yang tepat sasaran sehingga tujuan pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai
dan  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  pun  ikut  naik.  Dan  dengan  ikut  naiknya  taraf  kesjahteraan
masyarakat  sehingga  akan  berimbas  pada  peningkatan  Pertumbuhan  Ekonomi  daerah  .  serta
pemanfaatan  belanja  yang  dilakukan  pemerintah  hendaknya  dialokasikan untuk  hal-hal  produktif,
misalanya  untuk  melakukan  aktivitas  pembangunan,  pemanfaatan  sumber  daya  yang  optimal,  dan
kualitas  SDM  semakin  ditingkatkan.  Hal  ini  menyiratkan  pentingnya  mengaloksikan  belanja
pemerintah daerah untuk kepentingan publik.
Dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara/Daerah diketahui dari kenaikan Produk Domestik
Regional  Bruto  (PDRB).  Setiap  Negara/Daerah  mempunyai  kesempatan  untuk  mewujudkan
pertumbuhan  ekonomi  oleh  kaerena  faktor-faktor  produksi  bertambah  dari  satu  periode  ke  periode
lain,  sehingga  pendapatan  Nasional/Daerah  dapat  ditingkatkan.  Ada  beberapa  faktor  yang
mempengaruhi  pertumbuhan  ekonomi  diantaranya  sebagai  berikut  :  1).  Tanah  dan  kekayaan  alam
lainya,  2).  Jumlah  dan  kualitas  dari  penduduk  dan  tenaga  kerja,  3).  Barang-barang  Modal  dan
Teknologi (Sukirno, 2004).
Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado
Gambar  3 diatas  menunjukan  bahwa  pertumbuhan  Perekonomian  Kota  Manado  terus
meningkat dan memberikan tren positif.
Pertumbuhan  Ekonomi  merupakan  salah  satu  indikator dari  keberhasilan  pembanguanan
ekonomi  suatu  daerah.  Dimana  pembanguna  yang  dilakukan  pemerintah  daerah  dapat  tepat  sasaran
maka  Pertumbuhan  ekonomi  akan  mengalami  peningkatan.  Bila  pertumbuhan  ekonomi  daerah
meningkat  maka  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  dan  juga  produktifitasnya  pun  semakin  tinggi.
Sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan pun akan turun.
Todaro dan Stephen C. Smith, (2006) juga mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi menjadi
salah  satu  syarat  tercapainya  pembangunan  ekonomi,  namun yang  perlu  diperhatikan  tidak  hanya
angka statistik yang menggambarkan laju pertumbuhan, namun lebih kepada siapa yang menciptakan
pertumbuhan ekonomi tersebut, apakah hanya segelintir orang  atau  sebagian besar  masyarakat. Jika
hanya  segelintir  orang  yang menikimati  maka  pertumbuhan  ekonomi  tidak  mampu  mereduksi
kemiskinan dan memperkecil ketimpangan, sebaliknya jika sebagian besar turut berpartisipasi dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi maka kemiskinan dapat direduksi dan gap antara orang kaya dan
orang miskin dapat diperkecil.
0%
50%
100%
Pertumbuhan Ekonomi
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
33
Pada  gambar 2  dapat  dilihat  bahwa  pertumbuhan  belanja  Kota  Manado  memberikan  tren
positif. Belanja merupakan  kebutuhan  yang  tidak  dapat  dihidari  dalam  pembangunan  suatu  daerah
Kabupaten/Kota.  Dengan  adanya  pengelolaan  dana  yang  baik  dari  Pemerintah  daerah  serta
pengalokasian belanja yang tepat sasaran sehingga tujuan pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai
dan  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  pun  ikut  naik.  Dan  dengan  ikut  naiknya  taraf  kesjahteraan
masyarakat  sehingga  akan  berimbas  pada  peningkatan  Pertumbuhan  Ekonomi  daerah  .  serta
pemanfaatan  belanja  yang  dilakukan  pemerintah  hendaknya  dialokasikan untuk  hal-hal  produktif,
misalanya  untuk  melakukan  aktivitas  pembangunan,  pemanfaatan  sumber  daya  yang  optimal,  dan
kualitas  SDM  semakin  ditingkatkan.  Hal  ini  menyiratkan  pentingnya  mengaloksikan  belanja
pemerintah daerah untuk kepentingan publik.
Dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara/Daerah diketahui dari kenaikan Produk Domestik
Regional  Bruto  (PDRB).  Setiap  Negara/Daerah  mempunyai  kesempatan  untuk  mewujudkan
pertumbuhan  ekonomi  oleh  kaerena  faktor-faktor  produksi  bertambah  dari  satu  periode  ke  periode
lain,  sehingga  pendapatan  Nasional/Daerah  dapat  ditingkatkan.  Ada  beberapa  faktor  yang
mempengaruhi  pertumbuhan  ekonomi  diantaranya  sebagai  berikut  :  1).  Tanah  dan  kekayaan  alam
lainya,  2).  Jumlah  dan  kualitas  dari  penduduk  dan  tenaga  kerja,  3).  Barang-barang  Modal  dan
Teknologi (Sukirno, 2004).
Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado
Gambar  3 diatas  menunjukan  bahwa  pertumbuhan  Perekonomian  Kota  Manado  terus
meningkat dan memberikan tren positif.
Pertumbuhan  Ekonomi  merupakan  salah  satu  indikator dari  keberhasilan  pembanguanan
ekonomi  suatu  daerah.  Dimana  pembanguna  yang  dilakukan  pemerintah  daerah  dapat  tepat  sasaran
maka  Pertumbuhan  ekonomi  akan  mengalami  peningkatan.  Bila  pertumbuhan  ekonomi  daerah
meningkat  maka  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  dan  juga  produktifitasnya  pun  semakin  tinggi.
Sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan pun akan turun.
Todaro dan Stephen C. Smith, (2006) juga mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi menjadi
salah  satu  syarat  tercapainya  pembangunan  ekonomi,  namun yang  perlu  diperhatikan  tidak  hanya
angka statistik yang menggambarkan laju pertumbuhan, namun lebih kepada siapa yang menciptakan
pertumbuhan ekonomi tersebut, apakah hanya segelintir orang  atau  sebagian besar  masyarakat. Jika
hanya  segelintir  orang  yang menikimati  maka  pertumbuhan  ekonomi  tidak  mampu  mereduksi
kemiskinan dan memperkecil ketimpangan, sebaliknya jika sebagian besar turut berpartisipasi dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi maka kemiskinan dapat direduksi dan gap antara orang kaya dan
orang miskin dapat diperkecil.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
33
Pada  gambar 2  dapat  dilihat  bahwa  pertumbuhan  belanja  Kota  Manado  memberikan  tren
positif. Belanja merupakan  kebutuhan  yang  tidak  dapat  dihidari  dalam  pembangunan  suatu  daerah
Kabupaten/Kota.  Dengan  adanya  pengelolaan  dana  yang  baik  dari  Pemerintah  daerah  serta
pengalokasian belanja yang tepat sasaran sehingga tujuan pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai
dan  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  pun  ikut  naik.  Dan  dengan  ikut  naiknya  taraf  kesjahteraan
masyarakat  sehingga  akan  berimbas  pada  peningkatan  Pertumbuhan  Ekonomi  daerah  .  serta
pemanfaatan  belanja  yang  dilakukan  pemerintah  hendaknya  dialokasikan untuk  hal-hal  produktif,
misalanya  untuk  melakukan  aktivitas  pembangunan,  pemanfaatan  sumber  daya  yang  optimal,  dan
kualitas  SDM  semakin  ditingkatkan.  Hal  ini  menyiratkan  pentingnya  mengaloksikan  belanja
pemerintah daerah untuk kepentingan publik.
Dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara/Daerah diketahui dari kenaikan Produk Domestik
Regional  Bruto  (PDRB).  Setiap  Negara/Daerah  mempunyai  kesempatan  untuk  mewujudkan
pertumbuhan  ekonomi  oleh  kaerena  faktor-faktor  produksi  bertambah  dari  satu  periode  ke  periode
lain,  sehingga  pendapatan  Nasional/Daerah  dapat  ditingkatkan.  Ada  beberapa  faktor  yang
mempengaruhi  pertumbuhan  ekonomi  diantaranya  sebagai  berikut  :  1).  Tanah  dan  kekayaan  alam
lainya,  2).  Jumlah  dan  kualitas  dari  penduduk  dan  tenaga  kerja,  3).  Barang-barang  Modal  dan
Teknologi (Sukirno, 2004).
Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado
Gambar  3 diatas  menunjukan  bahwa  pertumbuhan  Perekonomian  Kota  Manado  terus
meningkat dan memberikan tren positif.
Pertumbuhan  Ekonomi  merupakan  salah  satu  indikator dari  keberhasilan  pembanguanan
ekonomi  suatu  daerah.  Dimana  pembanguna  yang  dilakukan  pemerintah  daerah  dapat  tepat  sasaran
maka  Pertumbuhan  ekonomi  akan  mengalami  peningkatan.  Bila  pertumbuhan  ekonomi  daerah
meningkat  maka  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  dan  juga  produktifitasnya  pun  semakin  tinggi.
Sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan pun akan turun.
Todaro dan Stephen C. Smith, (2006) juga mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi menjadi
salah  satu  syarat  tercapainya  pembangunan  ekonomi,  namun yang  perlu  diperhatikan  tidak  hanya
angka statistik yang menggambarkan laju pertumbuhan, namun lebih kepada siapa yang menciptakan
pertumbuhan ekonomi tersebut, apakah hanya segelintir orang  atau  sebagian besar  masyarakat. Jika
hanya  segelintir  orang  yang menikimati  maka  pertumbuhan  ekonomi  tidak  mampu  mereduksi
kemiskinan dan memperkecil ketimpangan, sebaliknya jika sebagian besar turut berpartisipasi dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi maka kemiskinan dapat direduksi dan gap antara orang kaya dan
orang miskin dapat diperkecil.
Pertumbuhan Ekonomi
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
34
Dyah Arini, (2008) mengatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat dari tingginya
tingkat pengangguran dalam suatu Negara atau Daerah tertentu. Akan tetapi kemiskinan tidak hanya
diakibatkan  oleh  ketiadaan  pekerjaan.  Kondisi  tersebut  bisa  juga  terjadi  karena  kemalasan,
ketidakmauan untuk bekerja keras yang hanya menunggu adanya pemberian dari orang lain. Selain itu
persoalan  kemiskinan  juga  terletak  pada  adanya  ketidakpastian  dari  pemerintah  yang  memberikan
janji-janji  palsu  untuk  masyarakat  awam.  Penduduk  miskin  hanya  memiliki  sumber  daya  dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya  manusia.  Kualitas  sumber  daya   manusia  yang  rendah  berarti  produktivitasnya  rendah,
yang  pada  gilirannya   upahnya  rendah.  Ketiga,  kemiskinan  muncul  akibat  perbedaan  akses  dalam
modal.
Kemiskinan  merupakan  sebagai  ketidakmampuan  untuk  memenuhi  standar  hidup  minimum.
Semua tingkat kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut
sangat  penting  terutama  dalam  hal  pengukuran  kemiskinan  yang  didasarkan  konsumsi.  Garis
kemiskinan  yang   didasarkan  pada  konsumsi  terdiri  dari  dua  elemen,  yaitu:  1)  pengeluaran  yang
dikeluarkan  untuk  membeli  standar  gizi  minimum  dan  kebutuhan  mendasar  lainnya.  2)  jumlah
kebutuhan  lain  yang  sangat  bervariasi,  yang  mencerminkan   biaya  partisipasi  dalam  kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Gambar 4. tingkat Kemiskinan di Kota Manado
Anggaran  daerah  atau  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  (APBD)  merupakan
instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah
seharusnya  dipergunakan  sebagai  alat  untuk  menentukan  besarnya  pendapatan,  pengeluaran,  dan
pembiayaan,  alat  bantu  pengambilan  keputusan  dan  perencanaan  pembangunan,  alat  otoritas
pengeluaran  di  masa  yang  akan  datang,  ukuran  standar  untuk  evaluasi  kinerja  serta  alat  koordinasi
bagi  semua  aktivitas  di  berbagai  unit  kerja.  Anggaran  sebagai  instrumen  kebijakan  dan  menduduki
posisi sentral harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam
mendorong  pertumbuhan  ekonomi  yang  selanjutnya  mengurangi  pengangguran  dan  menurunkan
tingkat kemiskinan.
Dalam  pengalokasian  dana  transfer  dari  pusat  kepada  pemerintah  daerah  yang  begitu  besar
seharus  dapat  berpengaruh  terhadap  pertumbuhan  ekonomi  Kota  Manado  sehingga  pertumbuhan
ekonomi  meningkat  dan  tingkat  kemiskinan  dikota  Manado  pun  akan  menurun.  Berdasarkan  latar
belakang  diatas  maka  judul  penelitian  ini  adalah  “Pengaruh  Dana  Alokasi  Umum  dan  Belanja
Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya terhadap Kemiskinan di Kota Manado”
mencari  tahu seberapa  besar  pengaruh  pengelolaan  dana  pemerintah  yang  nantinya  berdampak
terhadap  penurunan  tingkat  kemiskinan  di  Kota  Manado,  Tujuan  penelitian  ini  adalah Mengetahui
pengaruh Dana Alokasi Umum dan Belanja Langsung teerhadap Pertumbuhan Ekonomi, Mengetahui
pengaruh  langsung  Dana  Alokasi  Umum  terhadap  tingkat  Kemiskinan  di  Kota  Manado,  serta
0
100,000
200,000
300,000
Tingkat Kemiskinan di Kota Manado
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
34
Dyah Arini, (2008) mengatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat dari tingginya
tingkat pengangguran dalam suatu Negara atau Daerah tertentu. Akan tetapi kemiskinan tidak hanya
diakibatkan  oleh  ketiadaan  pekerjaan.  Kondisi  tersebut  bisa  juga  terjadi  karena  kemalasan,
ketidakmauan untuk bekerja keras yang hanya menunggu adanya pemberian dari orang lain. Selain itu
persoalan  kemiskinan  juga  terletak  pada  adanya  ketidakpastian  dari  pemerintah  yang  memberikan
janji-janji  palsu  untuk  masyarakat  awam.  Penduduk  miskin  hanya  memiliki  sumber  daya  dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya  manusia.  Kualitas  sumber  daya   manusia  yang  rendah  berarti  produktivitasnya  rendah,
yang  pada  gilirannya   upahnya  rendah.  Ketiga,  kemiskinan  muncul  akibat  perbedaan  akses  dalam
modal.
Kemiskinan  merupakan  sebagai  ketidakmampuan  untuk  memenuhi  standar  hidup  minimum.
Semua tingkat kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut
sangat  penting  terutama  dalam  hal  pengukuran  kemiskinan  yang  didasarkan  konsumsi.  Garis
kemiskinan  yang   didasarkan  pada  konsumsi  terdiri  dari  dua  elemen,  yaitu:  1)  pengeluaran  yang
dikeluarkan  untuk  membeli  standar  gizi  minimum  dan  kebutuhan  mendasar  lainnya.  2)  jumlah
kebutuhan  lain  yang  sangat  bervariasi,  yang  mencerminkan   biaya  partisipasi  dalam  kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Gambar 4. tingkat Kemiskinan di Kota Manado
Anggaran  daerah  atau  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  (APBD)  merupakan
instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah
seharusnya  dipergunakan  sebagai  alat  untuk  menentukan  besarnya  pendapatan,  pengeluaran,  dan
pembiayaan,  alat  bantu  pengambilan  keputusan  dan  perencanaan  pembangunan,  alat  otoritas
pengeluaran  di  masa  yang  akan  datang,  ukuran  standar  untuk  evaluasi  kinerja  serta  alat  koordinasi
bagi  semua  aktivitas  di  berbagai  unit  kerja.  Anggaran  sebagai  instrumen  kebijakan  dan  menduduki
posisi sentral harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam
mendorong  pertumbuhan  ekonomi  yang  selanjutnya  mengurangi  pengangguran  dan  menurunkan
tingkat kemiskinan.
Dalam  pengalokasian  dana  transfer  dari  pusat  kepada  pemerintah  daerah  yang  begitu  besar
seharus  dapat  berpengaruh  terhadap  pertumbuhan  ekonomi  Kota  Manado  sehingga  pertumbuhan
ekonomi  meningkat  dan  tingkat  kemiskinan  dikota  Manado  pun  akan  menurun.  Berdasarkan  latar
belakang  diatas  maka  judul  penelitian  ini  adalah  “Pengaruh  Dana  Alokasi  Umum  dan  Belanja
Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya terhadap Kemiskinan di Kota Manado”
mencari  tahu seberapa  besar  pengaruh  pengelolaan  dana  pemerintah  yang  nantinya  berdampak
terhadap  penurunan  tingkat  kemiskinan  di  Kota  Manado,  Tujuan  penelitian  ini  adalah Mengetahui
pengaruh Dana Alokasi Umum dan Belanja Langsung teerhadap Pertumbuhan Ekonomi, Mengetahui
pengaruh  langsung  Dana  Alokasi  Umum  terhadap  tingkat  Kemiskinan  di  Kota  Manado,  serta
Tingkat Kemiskinan di Kota Manado
Tingkat Kemiskinan di Kota
Manado
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
34
Dyah Arini, (2008) mengatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat dari tingginya
tingkat pengangguran dalam suatu Negara atau Daerah tertentu. Akan tetapi kemiskinan tidak hanya
diakibatkan  oleh  ketiadaan  pekerjaan.  Kondisi  tersebut  bisa  juga  terjadi  karena  kemalasan,
ketidakmauan untuk bekerja keras yang hanya menunggu adanya pemberian dari orang lain. Selain itu
persoalan  kemiskinan  juga  terletak  pada  adanya  ketidakpastian  dari  pemerintah  yang  memberikan
janji-janji  palsu  untuk  masyarakat  awam.  Penduduk  miskin  hanya  memiliki  sumber  daya  dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya  manusia.  Kualitas  sumber  daya   manusia  yang  rendah  berarti  produktivitasnya  rendah,
yang  pada  gilirannya   upahnya  rendah.  Ketiga,  kemiskinan  muncul  akibat  perbedaan  akses  dalam
modal.
Kemiskinan  merupakan  sebagai  ketidakmampuan  untuk  memenuhi  standar  hidup  minimum.
Semua tingkat kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut
sangat  penting  terutama  dalam  hal  pengukuran  kemiskinan  yang  didasarkan  konsumsi.  Garis
kemiskinan  yang   didasarkan  pada  konsumsi  terdiri  dari  dua  elemen,  yaitu:  1)  pengeluaran  yang
dikeluarkan  untuk  membeli  standar  gizi  minimum  dan  kebutuhan  mendasar  lainnya.  2)  jumlah
kebutuhan  lain  yang  sangat  bervariasi,  yang  mencerminkan   biaya  partisipasi  dalam  kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Gambar 4. tingkat Kemiskinan di Kota Manado
Anggaran  daerah  atau  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  (APBD)  merupakan
instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral
dalam upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah
seharusnya  dipergunakan  sebagai  alat  untuk  menentukan  besarnya  pendapatan,  pengeluaran,  dan
pembiayaan,  alat  bantu  pengambilan  keputusan  dan  perencanaan  pembangunan,  alat  otoritas
pengeluaran  di  masa  yang  akan  datang,  ukuran  standar  untuk  evaluasi  kinerja  serta  alat  koordinasi
bagi  semua  aktivitas  di  berbagai  unit  kerja.  Anggaran  sebagai  instrumen  kebijakan  dan  menduduki
posisi sentral harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam
mendorong  pertumbuhan  ekonomi  yang  selanjutnya  mengurangi  pengangguran  dan  menurunkan
tingkat kemiskinan.
Dalam  pengalokasian  dana  transfer  dari  pusat  kepada  pemerintah  daerah  yang  begitu  besar
seharus  dapat  berpengaruh  terhadap  pertumbuhan  ekonomi  Kota  Manado  sehingga  pertumbuhan
ekonomi  meningkat  dan  tingkat  kemiskinan  dikota  Manado  pun  akan  menurun.  Berdasarkan  latar
belakang  diatas  maka  judul  penelitian  ini  adalah  “Pengaruh  Dana  Alokasi  Umum  dan  Belanja
Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya terhadap Kemiskinan di Kota Manado”
mencari  tahu seberapa  besar  pengaruh  pengelolaan  dana  pemerintah  yang  nantinya  berdampak
terhadap  penurunan  tingkat  kemiskinan  di  Kota  Manado,  Tujuan  penelitian  ini  adalah Mengetahui
pengaruh Dana Alokasi Umum dan Belanja Langsung teerhadap Pertumbuhan Ekonomi, Mengetahui
pengaruh  langsung  Dana  Alokasi  Umum  terhadap  tingkat  Kemiskinan  di  Kota  Manado,  serta
Tingkat Kemiskinan di Kota
Manado
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
35mengetahui pengaruh langsung Belanja Langsung teerhadap Kemiskinan di kota Manado, Mengetahui
apakah Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kemiskinan
Setyowati dan Suparwati (2012) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi,  DAU, DAK, PAD  Terhadap  Indeks  Pembangunan  Manusia  dengan  Pengalokasian
Anggaran  Belanja  Modal  Sebagai  Variabel  Intervening,Penelitian  ini bertujuan  untuk  mengetahui
apakah  Pertumbuhan  Ekonomi,  DAU,  DAK,  dan  PAD  berpengaruh  terhadap  Indeks  Pembangunan
Manusia Melalui Pengalikasian Anggaran Belanja ModalPengembangan Deskripsi KasusBerdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Pertumbuhan Ekonomi DAU, DAK, PAD
terhadap  Indeks  Pembangunan  Manusia  dengan  Pengalokasian  Anggaran  Belanja  Modal  sebagai
Variabel Intervening bahwa Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembanguna
Manusia  (IPM)  melalui  Pengalokasian  Anggaran  Belanja  Modal  (PABM),  sedangkan  DAU,  DAK,
PAD  terbukti  berpengaruh  positif  terhadap  Indeks  Pembangunan  Manusia  (IPM)  melalui
Pengalokasian  Anggaran  Belanja  Modal(PABM),  Dan  Pengalokasian  Anggaran  Belanja  Modal
(PABM)  yang  diporsikan  dengan  Belanja Modal  (BM)  terbukti  berpengaruh  positif  trhadap  Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
Anis  Setiyawati  (2007)  melakukan  penelitian  yang  berjudul  Analisis  Pengaruh  PAD,  DAU,
DAK, dan Belanja Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran :
Pendekatan  Analisis  jalur  Untuk  mengetahui  hubungan  pengaruh  antara  variabel  independen  PAD,
DAU,  DAK  terhadap  variabel  dependen  Belanja  Pembangunan  berpengaruh  langsung  terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh secara langsung terhadap Kemiskinan
dan pengangguran metodepenelitian yang digunakan  adalah  Pendekatan  Kuantitatif  Hasil
pengujian  yang  dilakukan  menunjukan  bahwa  PAD  berpengaruh  Positif  terhadap  Pertumbuhan
Ekonomi,  sedangkan  DAU  berpengaruh  Negatif  terhadap  Pertumbuhan  Ekonomi.  Untuk  pengujian
secara  langsung  Pengaruh  Pertumbuhan  Ekonomi  terhadap  Kemiskinan  dan  Pengangguran
berpengaruh menunjukan adanya pengaruh yang signifikan, tetapi Pertumbuhan ekonomi brpengaruh
negatif terhadap Kemiskinan dan berpengaruh positif terhadap Pengangguran.
Try Indraningrum, (2011) melakukan penelitian yang berjudul Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan  Dana  Alokasi  Khusus  Terhadap  Belanja  Langsung  (studi  Pada  Pemerintah  Daerah
Kabupataen/Kota  Di  Provinsi  Jawwa  Tengah)  penelitian  ini  untuk  membuktikan  secara  Imperis
Pengaruh  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  dan  Dana  Alokasi  Umum  (DAU)  terhadap  Belanja
Langsung  pada  Pemerintah  Daerah  Kbupaten/  Kota  dai  Provinsi  Jawa  Tengah.  Penelitian  yang
digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  Asosiatif  Kausal,  yaitu penelitian  yang  bertujuan  untuk
mrnganalisis  hubungan  antara  dua  variabel  dengan  variabel  lainya  atau  bagaimana  suatu  variabel
mempengaruhi  variabel  lainyaHasil  dari  penelitian  ini  menunjukan  bahwa  Pendapatan  Asli  Daerah
(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja
Langsung.  Hal  tersebut  berarti  Pemerintah  Daerah  dapat  memprediksi  anggaran  Belanja  Langsung
didasarkan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
Nur Indah Rahmawati Pengaruh  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  dan  Dana  Alokasi  Umum
(DAU) terhaddap Alokasi Belanja Daerah (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Jawa Tengah) Penelitan
ini bertujuan untuk membuktikan secara Emperis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana
Alokasi  Umum  (DAU)  pada  Alokasi  Belanja  Daerah  pada  Kabupaten/Kota  di  Jawa  Tengah Hasil
Penelitian  ini  menunjukan  bahwa  DAU  dan  PAD  mempunyai  pengaruh  yang  signifikan  terhadap
alokasi Belanja Daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan aloksaoo Belanja Daerah lebih
dominan terhadap PAD dari pada DAU
Berdasar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi
diartikan sebagai penyerahan kewenangan pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam
kerangka  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia.  Sementara  Otonomi  Daerah  diartikan  sebagai  hak
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan
dan  kepentingan  masyarakat  setempat  sesuai  dengan  peraturan  Perundang-Undangan  (UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004).
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
36
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik
Indonesia  adalah  tentang  pengelolaan  Keuangan  Daerah  harus  dilakukan  secara  efisien,  efktif,
transparan, akuntabel, tertib, adil, patuh, dan taat pada peraturan Perundang-Undangan. Setiap daerah
dipimpin  oleh  Kepala  Pemerintah  Daerah  yang  disebut  Kepala  Daerah.  Kepala  Daerah  adalah
pemegang  kekuasaan  dalam  pengelolaan  Keuangan  Daerah.  Dalam  melaksanakan  kekuasaan
sebagaimana  yang  dimaksud  adalah  kepala  daerah dapat  melimpahkan  sebagian  atau  seluruh
kekuasaan  yang  berupa  perencanaan,  pelaksanaan,  penatausahaan,  pelaporan  dan
pertanggungjawaban, serta pengawasan, keuangan daerah kepada para Pejabat Perangkat Daerah. Dan
dalam  pelimpahan  sebagian  atau  seluruh  kekuasaan  harus  berdasarkan  pada  prinsip  pemisahan
kewenangan antara yang memerintahkan, menguji yang menerima/mengeluarkan uang
Menurut  Undang-undang  Republik  Indonesia  No.17 Tahun  2003 tentang  Keuangan  Negara,
menyatakan bahwa Pendapatan merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui kas umum daerah, yang
menambah ekuitas dana,  merupakan hak daerah dalam  satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali  oleh daerah.  Pendapatan  daerah  dirinci  menurut  urusan  pemerintah  daerah,  organisasi,
kelompok,  jenis,  serta  obyek  pendapatan  (Admin,2010)  Pendapatan  daerah  terdiri  atas  Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain Pendapatan yang sah (Bab IV Pasal 16 No 3 UU Nomor
17 Tahun 2003).
Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu bersumber dari Pendapatan hasil
Pajak, hasil Retribusi Daerah, hasil-hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain
PAD  yang  sah.  Pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  ditetapkan.  dengan  Undang-Undang  yang
pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan Perda. Pemerintahan daerah dilarang melakukan
pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan Undang-Undang.
Menurut burhanuddin,(2010)  mengatakan  bahwa  dana  perimbangan  adalah  dana  yang
bersumber  dari  pendapatan  APBN  yang  dialokasikan  kepada  daerah  untuk  mendanai  kebutuhan
daerah  dalam  rangka  pelaksanaan  desentralisasi  (UU  No  33  Tahun  2004  dan  PP  Nomor  55  Tahun
2005), dan dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan kesenjangan fiskal antara pemerintah dan
pemerintah daerah.
Dana  Bagi  Hasil  sebagai  mana  yang  dimaksud  berasal  dari  pajak  dan  sumber  daya  alam
dimana.Dana Bagi Hasil yang berasal dari Pajak terdiri dari pajak bumi dan Bangunan (PBB) sektor
pedesaan, Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh) wajib
pajak orang pribadi.
Dana Alokasi Umum sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No 17 Tahun 2003 dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam Negeri neto
yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
menekankan  pada  aspek  pemerataan  dan  Keadilan  yang  selaras  dengan  penyelenggaraan  urusan
Pemerintah yang formula dan perhitungan DAU-nya ditetapkan sesuai Undang-Undang.
Dana  Alokasi  khusus  (DAK)  sebagaimana  yang  dimaksud  dalam  Undang-Undang  Republik
Indonesia  No  17  Tahun  2003  dialokasikan  dari  APBN  kepada  Daerah  tertentu  dalam  rangka
pendanaan  pelaksanaan  desentralisasi  untuk  mendanai  kegiatan  khusus  yang  ditentukan  pemerintah
atas dasar priorita nasional, serta mendanai kegiatan khusus yang diusulkan oleh daerah tertentu.
Lain-lain  pendapatan  daerah  yang  sah  sebagaimana  yang  dimaksud  dalam  Undang-Undang
Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan Dana
Perimbangan,  yang  meliputi  hibah,  dana  darurat,  dan  lain-lain  pendapatan  yang  ditetapkan
Pemerintah. Dana hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/ atau jasa yang diberikan dari
pemerintah, masyarakat dan badan usaha dalam Negeri atau luar Negeri.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
37
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 27 Tahun 2013 Belanja daerah harus digunakan
untuk  pelaksanaan  urusan  pemerintahan  yang  menjadi  kewenangan  pemerintah  provinsi  dan
pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi  dan  meningkatkan  kualitas  kehidupan  masyarakat  dalam  upaya  memenuhi  kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas
sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan
wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.
Belanja  terdiri  dari  Belanja  Pegawai,  Belanja  Bunga,  Belanja  Subsidi,  Belanja  Hibah  dan
Bantuan  Sosial,  Belanja  Bagi  Hasil  Pajak,  Belanja  Bantuan  Negara,  dan  Belanja  Tidak  Terduga.
Penganggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi
Tahun  Anggaran  2012 dan  kemungkinan  adanya  kegiatan-kegiatan  yang  sifatnya  tidak  dapat
diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah.
Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah
daerah memperhatikan hal-hal sebagai seperti alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja
langsung  dituangkan  dalam  bentuk  program  dan  kegiatan,  yang  manfaat  capaian  kinerjanya  dapat
dirasakan  langsung  oleh  masyarakat  dalam  rangka  peningkatan  kualitas  pelayanan  publik  dan
keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik
Pembiayaan Daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 27 Tahun 2013 pembiayaan
daerah  terdiri  dari  Penerimaan  Pembiayaan,  Pengeluaran  Pembiayaan  dan  Sisa  Lebih  Pembiayaan
(SLIPA)  tahun  berjalan.  Dalam  rangka  pemberdayaan  masyarakat,  pemerintah  daerah  dapat
menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Boediono (1992) mengatakan Pertumbuhan Ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output
perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan
teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka
perkembangan  output  perkapita  bisa  dijelaskan.  Kemudian  aspek  yang  ketiga  adalah  pertumbuhan
ekonomi  dalam  perspektif  jangka  panjang,  yaitu  apabila  selama  jangka  waktu  yang  cukup  panjang
tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Donderdag, 2013).
Tidak  mudah  untuk  mendefenisikan  kemiskinan, karena  kemiskinan  itu  mengandung  unsur
ruang  dan  waktu  (Maipita,  2013).  Konsep  kemiskinan  pada  zaman  perang  akan  berbeda  dengan
konsep kemiskinan pada zaman merdeka dan moderen sekarang ini. Seseorang dikatakan miskin atau
tidak  miskin  pada  zaman  penjajahan  dahulu  akan  berbeda  dengan  saat  ini.  Demikian  juga  dari  sisi
tempat,  konsep  kemiskinan  di  Negara  maju  tentulah  berbeda  dengan  konsep  kemiskinan  di  Negara
berkembang dan terkebelakang (Indra Maipita, 2013).
+
Gambar 4. Diagram Kerangka Pemikiran
Dana Alokasi
Umum (X1)
Belanja
Langsung (X2)
Pertumbuhan
Ekonomi (X3)
Kemiskinan (Y)
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
38
2. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini juga merupakan hubungan kausal (causal effect), dimana penelitian yang
dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara impiris pengaruh Dana Alokasi Umum dan
Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan berdampak pada tingkat Kemiskinan di Kota
manado.
Untuk mendapatkan dan pengumpulan data yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian
ini  diperoleh  dari  realisasi  Dana  Alokasi  Umum  Kota  Manado,  realisasi  jumlah  Belanja  Langsung
pemerintah Kota Manado, laporan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Manado, dan jumlah
orang miskin di kota Manado yang di dapat dari perpustakaan Badan Pusat Statistik Ssulawesi Utara
yang  beralamat  di  Jln.  17  agustus  Manado  dan  mengakses  situs  badan  pusat  statistik  yaitu
www.bps.go.id .
Sugiyono  (2001)  menyatakan  bahwa  populasi  adalah  wilayah  generalisasi  yang  terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari  dan  kemudian  ditarik  kesimpulannya.  Populasi  yang  digunakan  dalam  penelitian  adalah
jumlah dana alokasi umum, belanja langsung yang ada di Kota Manado. Pertumbuhan ekonomi yang
pernah terjadi di Kota Manado, dan tingkat Kemiskinan di Kota Manado. Menurut Sugiyono ( 2001 :
60) nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap  unsur  atau  anggota populasi  untuk  dipilih  menjadi  sampel.  Sampel  yang  digunakan  dalam
penelitian  ini  adalah  realisasi  dana  alokasi  umum,  belanja  langsung,  kondisi  pertumbuhan  ekonomi
kota Manado dan tingkat kemiskinan di Kota Manado
Metode Pengumpulan Data
Dalam  pengumpulan data  peneliti  menggunakan  data  sekunder  yaitu  dokumentasi  dengan
pengumpulan  data  yang  berhubungan  dengan  pokok  bahasan  yang  penulis  kutip  dari  buku,  catatan
atau laporan histories yang telah tersusun dalam arsip(data documenter yang dipublikasikan dan yang
tidak  dipublikasikan)  yang  berasal  dari  perpustakaan  Badan  Pusat  Statistik  (BPS)  Sulawesi  Utara
mengenai  jumlah  Dana  Alokasi  Umum,  Belanja  Langsung,  Pertumbuhan  Ekonomi,  dan  tingkat
Kemiskinan di Kota Manado (periode 2004-2012).
Metode Analisis
Analisis dalam  penelitian  ini  adalah  analisis  deskriptif  dan  analisis  induktif  atau  analisis  inferensia.
Analisis deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran awal tentang dana alokasi umum, belanja
langsung, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan dikota manado. Sedangkan analisis statistik
inferensia adalah berupa regresi sederhana, regresi berganda dan analisis jalur (path analysis). Metode
analisis  Analisis  jalur  (path  analysis)  yaitu  untuk  mengetehui  Pengaruh  Variabel  Independen
Exogenus terhadap Variabel Dependen Endogenus.
Analisis Normalitas Data
Uji  normalitas  bertujuan  untuk  mengetahui  apakah  masing-masing  variabel  berdistribusi
normal  atau  tidak.  Uji  normalitas  diperlukan  karena  untuk  melakukan  pengujian-pengujian  variabel
lainnya  dengan  mengasumsikan bahwa  nilai  residual  mengikuti  distribusi  normal.  Jika  asumsi  ini
dilanggar  maka  uji  statistik  menjadi  tidak  valid  dan  statistik  parametrik  tidak  dapat  digunakan.
(Ghozali,2007) http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2373
Definisi dan Pengukuran Variabel
Definisi  operasional  adalah  memberikan  pengertian  terhadap  suatu  variabel  dengan
menspesifikasikan  kegiatan  atau  tindakan  yang  diperlukan  peneliti  untuk  mengukur  atau
memanipulasinya, ( Sularso, 2003)
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
39
1. Dana  Alokasi  Umum  (DAU)  yaitu  dana  transfer  yang  bersifat  umum  dari  pemerintah  pusat  ke
pemerintah  daerah  untuk  mengatasi  ketimpangan  dengan  tujuan  pemerataan  kemampuan
keuangan  daerah  untuk   membiayai  kebutuhan  pengeluaran  dalam  rangka  pelaksanaan
desentralisasi.  DAU  dalam  penelitian  ini  adalah  realisasi  DAU  di  Kota  Manado,  diukur  dalam
satuan jutaan rupiah.
2. Belanja  langsung  berasal  dari  Dana  Alokasi  Umum  yang  direalisasikan  dalam  bentuk  belanja
pembangunan daerah. belanja langsung dalam penelitian ini adalah realisasi Belanja langsung di
Kota Manado, diukur dalam satuan jutaan rupiah
3. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu
perekonomian  daerah  dalam  suatu  tahun  tertentu.  Dalam  penelitian  ini  adalah  pertumbuhan
ekonomi Kota Manado yang di ukur dalam satuan persen . Untuk pertumbuhan ekonomi diukur
pendapatan domestik regional bruto (PDRB) saat ini dikurangi dengan PDRB sebelumnya dibagi
dengan PDRB saat ini.
4. Kemiskinan diukur dengan jumlah tingkat kemiskinan yang ada di Kota Manado.
Analisis Path
Teknik  ini  juga  dikenal  dengan  model  sebab-akibat  (causing  modeling).  Penamaan  ini
didasarkan pada alasan bahwa analisis jalur memungkinkan pengguna dapat menguji proporsi teoritis
mengenai  hubungan  sebab akibat  tanpa  memanipulasi  variable-variabel.  Memanipulasi  variabel
maksudnya  ialah  memberikan  perlakuan  (treathment)  terhadap   variabel-variabel  tertentu  dalam
pengukuranya.  Asusmsi  dasar  dalam   analisis  ini  ialah  beberapa  variable  sebenarnya  mempunyai
hubungan yang sangat dekat satu dengan yang lainya. Dalam perkembanganya saat ini path analysis
diperluas  dan  diperdalam  kedalam  bentuk  analisis  “  structural  equastion  modeling”  atau  dikenal
dengan singkatan SEM
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
40
Uji Intervening
Sub Struktur I Sub Struktur II
Sub Struktur I
Sub Struktur III Sub Struktur IV
 Pengaruh langsung Dana Alokasi Umum ke Kemiskinan
= X1Y (-0,833)
 Pengaruh  tidak  langsung  Dana  Alokasi  Umum  ke  Kemiskinan  melalui  Pertumbuhan
Ekonomi
= (X1Y 0,150 x X2Y -0,239) = 0,035
 Pengaruh total (Dana Alokasi Umum ke Kemiskinan melalui Pertumbuhan Ekonomi)
= X1Y (0,150) +( X1Y 0,150 x X3Y -0,912)
= 0,150 + -0,136
= 0,014
 Pengaruh langsung Belanja Langsung ke Kemiskinan
=X2Y (-0,239)
 Pengaruh  tidak  langsung  Belanja  Langsung  ke  Kemiskinan  melalui  Pertumbuhan
Ekonomi
= X2Y (-0,239) x X3Y (-0,912) = 0,217
 Pengaruh total (Belanja Langsung ke Kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi)
= X2Y (-0,239) + (X2Y (-0,239) x X3Y (-0,912)
= -0,293 + 0,217
= -0,022
Y = a + βX1 + βX2 + e1
Y = 2,947 + 0,230 + 0,411
Stdr error = 02,621+ 0.257 + 0.411
Beta = 0 0.349 0.567
t-hitung = 1,124 0,896 1.455
f-hitung = 11,385
error term = √1-R
2
= √1-0.791
=0.209
Y = a + βX1 + e1
Y = 16,708 + -0,577
Stdr error = 2,862 + 0.145
Beta = 0 -0.833
t-hitung = 5.838 -3,985
f-hitung = 15,879
error term = √1-R
2
= √1-0.818
=0.182
Y = a + βX2 + e1
Y =18,607 + -0,691
Stdr error = 2,369 + 0.123
Beta = 0 -0,905
t-hitung = 7,853 -5,615
f-hitung = 31,526
error term = √1-R
2
= √1-0.818
=0.182
Y = a + βX1 + βX2 + βX3 + e1
Y = 21,566 + 0,104 + -0.182 + -0,960
Stdr error = 0,294 + 0,028 + 0,034 + 0,042
Beta = 0 0,150 -0.239 -0.912
t-hitung = 73,352 3,723 -5,440 -23,066
f-hitung = 1020,233
error term = √1-R
2
= √1-0,998
=0.002
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
41
Y1 = X1X3 (0,349) + e1 (0,209) = 0,558
Y1 = X2X3 (0,567) + e1 (0,209) = 0,776
Y = X1Y (0,150) + X3Y (-0,912) + e2 (0,002) = -0,76
Y = X2Y (-0,239) + X3Y (-0,912) + e2 (0,002) = -1,149
Hasil output SPSS memberikan nilai standardized beta Dana Alokasi Umum pada persamaan
(1)  sebesar  0,349  dan  signifikan  pada  0.405,  dan  nilai  standardized  beta   Belanja  Langsung  adalah
0,567  dan  Signifikan  0,196.  yang  berarti  Dana  Alokasi  Umum  dan  belanja  Langsung  tidak
mempengaruhi  Pertumbuhan  Ekonomi  secara  langsung  dengan  ditunjukan  Nilai  koefisien
standardized beta Dana Alokasi Umum (DAU) 0,349, dan Belanja Langsung 0,567 yang merupakan
nilai path atau jalur sub struktur I.
Dari  nilai standarized  Coefficients  beta dalam  pengujian  sub  struktur  II  nilai standarized
coefficients dana  alokasi  umum  sebesar -0,833  dengan  nilai  signifikan  sebesar  0,005  yang  berarti
variabel dana alokasi umum secara langsung berpengaruh pada penurunan tingkat kemiskinan di Kota
Manado.
Dari Nilai standardized  beta dalam  pengujian  sub  struktur  III  nilai standarized  coefficients
belanja  langsung  terhadap  kemiskinan  adalah  sebesar -0,905  dengan  tingkat  signifikan  0,001  yang
berarti variabel belanja langsung secara langsing berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan
di Kota manado.
Dari nilai standardized  beta dalam  pengujian  sub  struktur  IV  Dana  Alokasi  Umum  0,150
dengan  nilai  Signifikan 0,014,  Belanja  Langsung -0,239  dengan  nilai  Signifikan  0,003,  dan
pertumbuhan  ekonomi  sebesar -0,912  dengan  nilai  signifikan  0,000,  yang  berarti  variabel  Dana
Alokasi  Umum,  Belanja  Langsung  dan  Pertumbuhan  Ekonomi  secara  gabung  memiliki  pengaruh
terhadap penurunan tingkat Kemiskinan di Kota Manado.
Dari dari  hasil  analisis  jalur  diatas  menunjukan  bahwa  Dana  Alokasi  Umum,  dan  Belanja
Langsung  dapat  berpengaruh  langsung  terhadap  Kemiskinan,  dan  juga  tidak  langung  berpengaruh,
melalui  Pertumbuhan  Ekonomi  sebagai  variabel  intervening.  Besarnya  pengaruh  langsung  DAU
terhadap  Kemiskinan  secara  langsung  sebesar -0,833  dan  pengaruh  tidak  langsung  DAU  terhadap
melalui  Kemiskinan  adalah -0,833  x -0,912  =  0,759,  dan  pengaruh  langsung  Belanja  Langsung
terhadap Kemiskinan sebesar -0,905 dan pengaruh tidak langsung terhadap Kemiskinan adalah -0,905
x -0,912 = 0,825.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  dan  pembehasan  yang  dilakukan  sebelumnya  maka  dapat  diambil
kesimpulan bahwa Pengaruh Variabel Dana Alokasi Umum, Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan
Ekonomi secara gabung tidak memiliki pengaruh.
Pengaruh  Variabel  Dana  Alokasi  Umum  terhadap  Kemiskinan  secara  langsung   memiliki
pengaruh  terhadap  penurunan  tingkat  kemiskinan  di  Kota  Manado,  dan  pengaruh  belanja  langsung
terhadap  kemiskinan  secara  langsung  memiliki  pengaruh  signifikan  dalam  menurunkan  tingkat
kemiskinan di Kota Manado.
Dan  secara  gabungan  antara  variabel  Dana  Alokasi  Umum,  Belanja  Langsung  dan
pertumbuhan  Ekonomi  memiliki  pengaruh  terhadap  penurunan  tingkat  Kemiskinan  di  yang  ada  di
Kota Manado
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 3 - Oktober 2014
42Saran
Bagi  Pemerintah  daerah  untuk  dapat  memacu  sektor-sektor  pendapatan  potensial  serta
membuka sektor-sektor perekonomian baru untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang nantinya akan berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan
perekonomian  di  kota Manado,  serta dapat memaksimalkan  pengelolaan  keuangan  sehingga  potensi
perekonomian yang ada di kota Manado dapat dimaksimalkan yang nantinya akan mengurangi tingkat
kemiskinan di kota manado.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin,2010. Tentang Dana Perimbangan.
Donderdag 02 Mei 2013pengertian pertumbuhan ekonomi yang di kutib dari Boediono, 1992. Teori
Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE
Indraningrum Try, 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Belanja Langsung ( Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa
Tengah ) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro SemarangPengerian belanja
langsung http://www.bimbingan.org/pengertian-belanja-langsung.htm
Leode Islamy, 2009 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Alokasi Umum (DAU)
Makruf  Dikko  Alrakhman,  2011.  (Pentingnya  Dana  Alokasi  Umum  dan  Dana  Alokasi  Khusus
Ssebagai Dana Perimbangan Dalam Kerangka Otonomi Daerah)Uncategorized
Maipita  Indra  Memahami  “Konsep  Kemiskinan  Waspada  Online  Pusat  berita  &  informasi  medan
sumut aceh”
Mangasa Augustinus Sipahutar. 2013, (Desentralisasi Fiskal dan Perekonomian Daerah)
Nugroho  Suratno  Putro,… Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,  Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi  Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi KasusPada
Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Tengah (Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro)
Peraturan  Presiden  Republik  Indonesia  No  10  Tahun  2013  Tentang  Dana  Alokasi  Umum  Daerah
Provinsi dan Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2013.
Sukirno, sadono. 2004. Makro ekonomi. Cetakan ke 5, edisi 3. Jakarta: PT Raja Grafindo
Sugiyono. (2001). Statistika untuk Penelitain. Bandung: Alfabeta.
Vegirawati  Titin,  2012.  “Pengaruh  Alokasi  Belanja  Langsung  terhadap  Kualitas  Pembangunan
Manusia(Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Selatan)Universitas IBA
Palembang
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2010/01/pengertian-pendapatan-daerah.html
http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2373
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195909221983031-YAYA_SUKJAYA_KUSUMAH/Pengertian_Variabel_Penelitian.pdf
www.bps.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar